Art Division Universitas Pelita Harapan (UPH), bekerjasama dengan Badan Narkotika Nasional, mengadakan event kolaboratif antar semua Unit Kegiatan Mahasiswa Art UPH melalui sebuah drama musikal yang mengusung tema anti Seks Bebas, Alkohol, dan Drugs.
Drama musikal ini menceritakan tentang seorang remaja bernama Maia yang terus dihantui oleh kesedihan dan rasa bersalah atas kematian adiknya. Karena perasaannya tersebut, terciptalah sebuah dunia dalam pikiran Maia yang bernama Dunia Semosimesta.
Dalam dunia imajinasinya tersebut, Maia bertemu dengan sosok Maha Ratu yang misterius, serta lima klan yang merepresentasikan emosinya yaitu Klan Der (Red; Klan Kemarahan), Klan Hsub (Bush; Klan Kegundahan), Klan Enots (Stone; Klan Keras Kepala), Klan Sgurd (Drugs; Klan Narkoba), dan Klan Ecarg (Grace; Klan Hati Nurani).
Musikal kolosal ini diproduseri, ditulis, dan disutradarai oleh Boy Marpaung yang telah berpengalaman menggarap lebih dari 800 pertunjukan di Art Division UPH. Menurutnya, drama musikal yang digarapnya kali ini memiliki cerita dan konsep yang berbeda dari yang lain.
“Yang menarik dari Dunia Maia ini adalah ceritanya, dimana kami menciptakan emosi Maia menjadi klan-klan, dan kita tampilkan dengan konsep yang lebih menarik lagi yaitu digital mapping,” ungkapnya.
Dari segi musik, Music Director dalam drama musikal ini adalah Andreas Arianto, seorang composer, arranger, orchestra conductor yang telah banyak memproduseri penyanyi dan band dalam negeri serta beberapa rekaman orkestra film.
Andreas berpendapat, drama musikal Dunia Maia ini menjadi menarik karena adanya penggabungan antara dunia dalam pikiran dan dunia nyata sang tokoh utama.
“Tantangannya adalah bagaimana kita menerjemahkan kedua dunia yang sangat berbeda tersebut melalui musik dan lagu di setiap adegannya,” kata Andreas.
Selain itu, musik dalam semua adegan di dunia nyata adalah musik organik. Sedangkan adegan dalam dunia pikiran Si Maia menggunakan electronic music.
Oleh karena itu, pada sound design dan live electronic music, ada Arya Prayogi. Arya Prayogi pernah menjadi Music Director film The Raid 1, The Raid 2, dan Killers. Ia juga mendapat penghargaan sebagai Penata Musik dan Suara Terbaik Film “Killers”.
Rasanya dalam sebuah pertunjukan drama musikal, pertunjukan akting dan musik serta lagu saja belum cukup. Tentunya, perlu ada tarian atau koreografi yang menarik dan mendukung jalannya cerita. Koreografer dalam Dunia Maia adalah Seven Marudut Sibarani, seorang seniman tari yang aktif dalam berbagai pentas dan yang karya-karyanya telah dipentaskan dalam kegiatan I-Move dan Indonesia Dance Festival.
“Dunia Maia ini tingkat kesulitannya cukup tinggi karena membutuhkan imajinasi. Dari segi tari, tidak hanya penari harus menari dengan baik, tetapi koreo juga harus mampu mendukung penyutradaraannya,” ujar Seven.
Drama musikal ini memang berskala besar karena telah menggandeng beberapa profesional di bidang seni pertunjukan. Akan tetapi, karena Dunia Maia merupakan acara yang diadakan oleh universitas, maka tentunya andil para mahasiswa sangat besar.
“Pementasan ini melibatkan sekitar 350 mahasiswa aktif di UPH, baik sebagai cast ataupun crew,” kata Keia Laturiuw, mahasiswi Business School UPH yang merupakan Head of Management dalam drama musikal ini.
Dunia Maia akan dipentaskan di Teater Jakarta Taman Ismail Marzuki pada hari Sabtu, 28 Mei 2016 pukul 19.00 WIB. Informasi lebih lanjut mengenai pertunjukan ini dapat diakses di Instagram @musikalduniamaia.