More

    Mahasiswa Bandung : Pemberangusan Buku Tidak Relevan Dengan Jaman

    Suasana bazar buku yang digelar Studi Teater Unisba, Bandung, Kamis, (12/05/2016). Foto : Fauzan
    Suasana bazar buku yang digelar Studi Teater Unisba, Bandung, Kamis, (12/05/2016). Foto : Fauzan

    BANDUNG, KabarKampus – Puluhan mahasiswa Bandung memberikan dukungannya kepada gerakan perlawanan terhadap pemberangusan buku “kiri” di Indonesia. Mahasiswa menganggap pemberangusan terhadap buku tersebut sudah tidak relevan di jaman sekarang.

    “Kami mendukung gerakan ini, karena kami merasa mereka yang memberangus buku atau kebudayaan, tidak memiliki kajian terhadap apa yang mereka berangus. Mereka juga tidak bisa membedakan Marx sebagai ideologi dan PKI sebagai partai politik,” ungkap Mujia Rosyadi, mahasiswa Pendidikan Agama Islam Universitas Pendidikan Indonesia usai memberikan dukungannya di Gedung Indonesia Menggugat (GIM), Kota Bandung, Selasa, (17/05/2016).

    Mujia menuturkan, dari apa yang ia amati, kelompok intolerance yang memeberangus buku kiri adalah orang-orang yang masih membaca apa yang ditanamkan Orde Baru. Dalam versi Orba hal-hal yang berbau Marx adalah komunis.

    - Advertisement -

    “Padahal membaca marx bisa memuat orang bisa mengkritisi kebijakan pemerintah yang tidak pro terhadap rakyat. Jadi amat disayangkan orang mengambil kesimpulan tanpa mendalami suatu wacana. Hanya tahu kulitnya saja,” ungkap Mujia.

    Dalam kesempatan tersebut, Mujia mengajak kepada seluruh elemen masyarakat untuk melawan pemberangusan terhadap buku. Karena pemberangusan tersebut sama dengan membelenggu kebebasan setiap orang untuk mendapatkan ilmu.

    Sementara itu, Eksel Gumilar, mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Parahyangan mengatakan, seharusnya pemerintah atau kelompok tertentu tidak boleh seenaknya memberangus buku kiri atau buku apapun. Karena zaman sekarang masyarakat sudah pintar dan bisa membedakan apa yang baik dan buruk bagi mereka.

    “Pemerintah jangan membodohi masyarakat. Biarkanlah masyarakat yang menilai, buku yang mereka baca baik atau tidak. Artinya dengan membaca suatu buku, belum tentu saya komunis. Bisa jadi saya tidak setuju dengan yang saya baca,” ungkap Eksel.

    Apalagi menurut Eksel, jaman sekarang adalah jaman internet. Semua informasi ada di sana. Termasuk tentang kiri atau komunisme.

    “Lalu apakah pemerintah akan memblokir internet juga,” ungkap Eksel.

    Menurut Eksel, seharusnya pemerintah lebih relevan melihat persoalan yang terjadi dengan perkembangan jaman. Sekarang bukan jamannya Orde Baru.

    “Tidak boleh ada pembatasan. Demokrasi harus ditegakkan,” tegas Eksel.

    Gerakan perlawanan terhadap pemberangusan buku dan kebebasan berekspresi merupakan respon terhadap banyaknya penyitaan terhadap buku yang dianggap “kiri” oleh polisi dan TNI dalam beberapa waktu terakhir. Dalam pernyataannya gerakan didukung oleh pegiat literasi, seniman, aktivis budaya, komunitas kreatif Bandung ini mendesak pemerintah, polisi dan TNI untuk menghentikan pemberangusan terhadap buku.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here