ENCEP SUKONTRA
Meski sudah muncul sejak ribuan tahun lalu, bayi kembar siam masih menjadi kelahiran yang menggemparkan. Bayi kembar siam juga menjadi tantangan tersendiri bagi ilmu kedokteran.
BANDUNG, KabarKampus-Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung kembali menjadi perhatian untuk kasus bayi kembar siam. Belum lama ini RSHS melakukan operasi besar, yakni pemisahan bayi kembar siam dari Ciamis, Jawa Barat, bernama Gisya Bizanty Ramadani dan Gesya Ummaya Ramadani.
Bagi tim medis RSHS, operasi pemisahan kembar siam ini bukan yang pertama. Sudah tiga kali rumah sakit pusat rujukan tingkat provinsi ini melakukan operasi pemisahan kembar siam.
Prof Dr dr Dadang Sjarif Hidajat Effendi SpA (K)., ketua tim penanganan bayi kembar siam RSHS, mengatakan keberhasilan suatu operasi pemisahan kembar siam tidak lepas dari pengalaman tim dokter dalam menangani kembar siam sebelumnya.
Sehingga secara praktis, salah satu “sumbangan” operasi pemisahan kembar siam adalah meningkatkan keterampilan operasi besar bagi tim dokter RSHS.
“Jadi sumbangan pertama bagi ilmu pengetahuan bahwa kita menjadi lebih terampil, dokter bedah di RSHS jadi lebih terampil. Ini tidak lepas dari penanganan kembar siam pertama, kedua dan ketiga yang pernah ditangani RSHS. Dari situ kelihatan sekali bahwa ada peningkatan keterampilan dokter,” ungkap Prof Dr dr Dadang Sjarif Hidajat Effendi SpA (K), di RSHS, Bandung, kepada Kabar Kampus, baru-baru ini.
Gisya Bizanty Ramadani dan Gesya Ummaya Ramadani merupakan kembar siam yang dempet di bagian dada. Sebanyak 70 dokter dan perawat dilibatkan dalam operasi pemisahan kembar siam ini.
Para dokter yang terlibat mulai dari lima dokter spesialis bedah yakni bedah umum, bedah anak, bedah plastik, bedah tulang dan anatomi, dokter anastesi atau pembiusan, dokter spesialis dan subspesialis anak, dan lain-lain.
Selain dempet di dada, organ tubuh bagian dalam Gisya dan Gesya juga ada yang dempet, seperti lever, tulang, otot, termasuk pembuluh-pembuluh darah yang rumit. Dokter bedah harus memisahkan organ tersebut, kemudian menutupnya. Pembuluh darah juga dipotong, kemudian disambung kembali.
Bedasarkan pengalaman, tutur Dadang Sjarif Hidajat Effendi, bayi kembar siam yang organ tubuh bagian atasnya menyatu akan berat menjalani operasi. Begitu juga jika organ tubuh yang menempelnya makin ke bawah, karena terkait dengan fungsi. Misalnya bagian reproduksi yang menempel yang operasinya berjalan lancar tetapi organ reproduksinya kemungkinan akan menjadi masalah.
“Gisya dan Gesya itu tengah-tengah, jadi Alhamdulillah ke arah jiwanya tidak begitu terancam,” katanya.
Penempelan di bagian atas maupun bawah tidak menjadi ukuran kemudahan suatu operasi. Hanya saja jika yang menempel adalah tubuh bagian atas, secara teori tingkat kematiannya lebih tinggi.
Gisya Bizanty Ramadani dan Gesya Ummaya Ramadani merupakan anak pasangan suami istri Syarif (24) dan Gina (19), asal Ciamis, Jawa Barat. Si kembar lahir di di RSUD Ciamis, 4 Juli 2016. Mereka menjalani operasi pemisahan Selasa 27 September lalu.
Sedangkan dua bayi kembar siam lainnya yang juga pernah menjalani operasi pemisahan di RSHS adalah Wanda dan Wandi, anak dari pasangan Deden Amung Sunarya dan Lina Marwati. Wanda dan Wandi menjalani operasi pemisahan pada 2012.
Kembar siam lainnya adalah Ginan Septian Nugraha, putra pasangan Aep Supriatna-Yani Mulyani. Dari mulut Ginan menjulur daging yang wujudnya menyerupai tubuh bayi. Daging mirip bayi ini dipisahkan pada 2013. Baik Wanda-Wandi maupun Ginan berasal dari Kabupaten Bandung Barat.
Menurut Dadang Sjarif Hidajat Effendi, RSHS memiliki labolatorium di Divisi Neonatalogi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjdjaran (Unpad)/RSHS. Semua sampel dan data bayi-bayi kembar siam yang pernah ditangani dikumpulkan di departemen ini untuk diteliti.
Hingga saat ini pihaknya masih melakukan penelitian genetis terhadap bayi-bayi kembar siam. Penelitian ini untuk mengetahui penyebab terjadinya kembar siam hingga kemungkinan terjadi mutasi karena faktor pencemaran lingkungan.
“Bayi ini sekarang akan periksa gennya. Kembar-kembar siam sebelumnya juga kita teliti, di mana letak mutasi gennya,” kata dia.
Definisi kembar siam adalah anak kembar yang bagian tubuhnya saling menempel. Kembar siam terjadi karena gagalnya pemisahan sel kembar identik saat berada dalam tubuh atau kandungan.
Dadang Sjarif Hidajat Effendi mengatakan, kembar siam terjadi karena mutasi genetik maupun sporadis. Mutasi genetik terjadi karena faktor turunan atau kelainan gen. Sedangkan mutasi sporadik timbul spontan saja, tanpa adanya faktor genetik. Mutasi sporadik bisa dipicu karena faktor lingkungan misalnya pengaruh nutrisi, radiasi, defisiensi, atau kelebihan sesuatu zat tertentu ataupun kebiasan tertentu.
Ia menjelaskan, dengan penelitian akan diketahui penyebab bayi kembar siam apakah karena mutasi genetik alami atau karena mutasi akibat pencemaran lingkungan.
Kembar siam sendiri merupakan fenomena yang sudah terjadi sejak ribuan tahun lalu. Ia mengatakan, kembar siam pertama kali ditemukan di Siam (kini Thailand) pada 1811.
Namun berdasarkan artefak kasus kembar siam diduga ada pada masa yang jauh lebih kuno.
“Pada 6000 tahun Sebelum Masehi sudah ditemukan adanya artefak patung kembar siam,” tuturnya.
Di dunia, kasus kembar siam terbilang sangat jarang terjadi. Merujuk pada data di Amerika Serikat, rasio kembar siam satu berbanding 100 ribu kelahiran. Sementara di Afrika rasionya 1 berbanding 50 ribu kelahiran.
“Kalau di Indonesia belum ada data rasio,” ujarnya. []