More

    Penjajahan Jenis Baru : Beli Media Massa Untuk Buat Kegaduhan

    Gatot Nurmatyo, Panglima TNI memberikan kuliah di UI, Depok, Rabu, (16/11/2016). Dok. UI
    Gatot Nurmatyo, Panglima TNI memberikan kuliah di UI, Depok, Rabu, (16/11/2016). Dok. UI

    DEPOK, KabarKampus – Sebagai salah satu negara terkaya dalam sumberdaya alam, Indonesia memiliki potensi ancaman dan konflik. Semua ini terjadi pada dasarnya adalah karena adanya perang tidak terlihat di antara negara-negara di dunia, yaitu perang perebutan energi.

    Hal ini disampaiakan Gatot Nurmantya, Panglima TNI saat memberikan kuliah umum di Balai Sidang UI Depok pada Rabu (16/11/2016). Gatot kepada mahasiswa membawakan materi berjudul “Mari Kita Berjuang & Bergotong Royong Mewujudkan Indonesia sebagai Bangsa Pemenang”.

    “70% konflik di dunia saat ini, di balik layar, merupakan konflik  berlatar belakang perebutan minyak bumi dan sumber energi hayati. Contoh paling nyata adalah Arab Spring dan konflik-konflik di Afrika,” katanya.

    - Advertisement -

    Menurutnya, perebutan sumber energi ini terjadi karena jumlah penduduk yang terus bertambah, sementara kapasitas bumi tidak memadai untuk mencukupi kebutuhan manusia.  Sehingga kondisi ini menyebabkan perebutan energi dan sumber daya alam antar negara tidak dapat dihindarkan, dengan sasaran utama negara-negara di garis ekuator yang memiliki sumber daya alam yang melimpah.

    Ia menjelaskan, banyak cara yang dilakukan pihak-pihak luar untuk melakukan penjajahan jenis baru terhadap kekayaan alam Indonesia. Walaupun bukan dengan senjata, penjajahan itu bisa dilakukan dengan membeli media massa untuk melakukan pembentukan opini dan kegaduhan di masyarakat.

    “Kegaduhan ini dimaksudkan untuk menciptakan benturan-benturan sosial yang pada akhirnya akan memecah belah persatuan bangsa, sehingga negara akan mudah dieksploitasi dan diperdaya,” katanya.

    Selain itu, menurutnya, generasi muda juga dirusak melalui penyebaran paham radikalisme, gaya hidup konsumtif, dan narkoba sehingga masa depan suatu bangsa akan menjadi rusak dan mudah dikontrol.

    Namun bagi lulusan Akmil tahun 82 ini, semua ini bisa dicegah dengan menciptakan kesadaran persatuan bangsa yang kuat, kesadaran untuk bersatu dan tidak terpecah belah. Di sinilah mahasiswa harus mengambil peran.

    “Bawalah pesan ini ke teman-teman kalian, ke saudara kalian, karena mahasiswa sangat dipercaya oleh berbagai kalangan di negara kita,” ungkapnya.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here