More

    Belum Punya Anak, Bukan Berarti Mahasiswa Cuek Pada Isu Kekerasan Perempuan

    IMAN HERDIANA

     Orasi Ilmiah Dies Natalis Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan (STIKKU) ke-10 bertema "Peran Masyarakat Terhadap Kekerasan pada Anak dan Perempuan, Stop Kekerasan Lindungi Keluarga", Kuningan, Jawa Barat, Sabtu (14/01/2017). FOTO : P2TP2A Provinsi Jawa Barat
    Orasi Ilmiah Dies Natalis Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan (STIKKU) ke-10 bertema “Peran Masyarakat Terhadap Kekerasan pada Anak dan Perempuan, Stop Kekerasan Lindungi Keluarga”, Kuningan, Jawa Barat, Sabtu (14/01/2017). FOTO : P2TP2A Provinsi Jawa Barat

    BANDUNG, KabarKampus Belum punya anak bukan berarti pelajar atau mahasiswa cuek pada kasus kekerasan pada perempuan dan anak yang marak dewasa ini. Sudah seharusnya isu ini menjadi perhatian bersama termasuk mahasiswa.

    Hal itu terungkap dalam Orasi Ilmiah Dies Natalis Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan (STIKKU) ke-10 bertema “Peran Masyarakat Terhadap Kekerasan pada Anak dan Perempuan, Stop Kekerasan Lindungi Keluarga”, Kuningan, Jawa Barat, Sabtu (14/01/2017).

    - Advertisement -

    Orasi disampaikan Ketua Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Provinsi Jawa Barat, Netty Heryawan. Ia mengatakan, pelajar dan mahasiswa justru memiliki peran penting dalam mencegah kekerasan pada perempuan dan anak.

    Menurutnya, pelajar dan mahasiswa tidak bisa cuek karena tidak pernah menjadi korban kekerasan, ataupun tidak memiliki sanak keluarga yang menjadi korban. “Pandangan seperti itu adalah salah,” katanya, melalui siaran pers yang diterima KabarKampus, Senin (16/01/2017).

    Tingginya angka kejahatan, kata dia, terjadi karena banyak orang baik yang berdiam diri. Tentu mahasiswa pun tidak boleh berdiam diri.

    Seharusnya, mahasiswa, pelajar maupun masyarakat umumnya dapat memposisikan diri sebagai korban. Sehingga pilihannya hanya ada dua, yakni menolong atau ditolong.

    “Jika makin banyak orang yang tergerak untuk menolong, dapat sedikit ‘menakut-nakuti’ para calon pelaku yang akan melakukan kekerasan,” katanya.

    Sementara Bupati Kuningan Acep Purnama menambahkan, pelajar dan mahasiswa merupakan ujung tombak pendidikan. Mereka merepresentasikan pemuda-pemudi Indonesia yang terdidik.

    “Mahasiswa harus mampu mengimplemetasikan ilmunya, harus responsif dalam menghadapi permasalahan masyarakat yang ada di sekitarnya,” kata Acep Purnama.

    Ia menegaskan, fenomena kekerasan terhadap perempuan dan anak ini dapat menghambat pembangunan daerah. Pencegahan pada kasus ini harus mulai dibentuk mulai dari penguatan karakter generasi muda. []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here