More

    Kata Mahasiswa, Setelah Rektor UII Mundur

    Dr. Ir Harsoyo, M.Sc, Rektor UII. Foto : Lpmprofesi
    Dr. Ir Harsoyo, M.Sc, Rektor UII. Foto : Lpmprofesi

    YOGYAKARTA, KabarKampus – Pengunduran diri Dr. Ir. Harsoyo, M.Sc., sebagai Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) mendapat respon beragam dari para mahasiswa UII. Sebagaian besar dari mereka keberatan dengan pengunduran diri rektor, karena menganggap Rektor adalah sosok yang membumi dengan prestasi melangit.

    Beragam dukungan kepada Harsoyo ini disampaikan lewat beragam media, mulai dari blog, media sosial, hingga membuat petisi Save Rektor UII. Dalam dukungannya mereka mengungkap kepribadian dan prestasi Harsoyo yang dinilai baik dan pantas untuk dipertahankan sebagai Rektor UII.

    Salah satunya dari Ori Rabowo, Industrial Engineering 2010. Lewat blognya  orirabowo.wordpress.com, ia menulis dukungan yang berjudul “Rektor Kebanggaanku: DR. Ir. Harsoyo, M.Sc.,”. Dalam tulisannya, ia mengatakan tahun persis dengan Harsoyo.

    - Advertisement -

    “Kalau tidak sedang di luar kota, maka hampir bisa dipastikan beliau bisa ditemui di Masjid Ulil Albab UII saat azan berkumandang di setiap sholat lima waktu. Beliau juga sering meninggalkan rapat hanya demi berjemaah di masjid. Bahkan beliau ini yang beride menyambungkan speaker masjid Ulil Albab hingga dapat bergema nyaring di fakultas-fakultas. Tujuannya satu, agar mahasiswa, staf, dosen-dosennya tak hanya membagikan ilmu bumi, namun juga ilmu langit,” kata Ori Rabowo, (26/01/2017).

    Kemudian yang paling Ori sukai adalah Harsoyo sangat khusu ketika berdzikir lalu mengangkat tangannya dengan mata terpejam setelah sholat ditunaikan. Bagia Ori, Harsoyo adalah rektor yang super, penampilannya membumi, namun prestasinya melangit.

    “Sungguh keputusannya hari ini untuk mengundurkan diri dari jabatan rektor, mengejutkan saya bahkan mungkin mengejutkan mahasiswa, alumni, dan civitas UII. Namun saya tahu sesungguhnya jabatan tak terlalu penting baginya. Karena menurutnya jabatan hanyalah sementara. Namun kredibilitasnya sebagai pemimpin yang bertanggung jawab adalah harga mati,” ungkap Ori.

    Menurut Ori, Jika itu adalah keputusannya setelah melibatkan Allah, maka ia memaklumi dengan bangga. Terlebih beliau ingin lebih fokus mengurus kasus ini hingga tuntas. Kemudian jika harus diibaratkan, maka UII baru saja kehilangan emas. Emas yang tak hanya dikagumi penduduk bumi, namun juga penduduk langit.

    “Terima kasih Pak Rektor. Saya doakan akan ada hadiah yang berkelas dari Allah untuk rektor yang paling saya kagumi,” ungkapnya.

    Dukungan lainnya datang dari Saiful Aziz, mahasiswa FIAI UII, dalam laman Facebooknya ia mengatakan, Rektor mereka sangat berbeda dengan Rektor pada umumnya. Ia selalu hadir di masjid di shaf paling depan, implementasi terhadap syariat Islam yang istiqomah, menyempatkan diri untuk menjadi pengisi kajian tetap di Masjid kampus. Selain itu ia juga bijak, berwibawa, apabila masuk waktu shalat, maka rapat ditunda, tegas, cerdas, menjadi panutan bagi yang dipimpinnya.

    “Semoga Allah senantiasa berkahi beliau dan Universitas ini,” katanya.

    Selanjutnya, kata Saiful, Rektor mereka juga sederhana. Tak perlu mengetuk ruang rektor untuk bertemu dengannya. Cukup datang ke Masjid Ulil Albab UII ketika jam shalat, bisa dipastikan ia berada di sana. Setelah salam dan Shalat Sunnah, tinggal senyum, salam dan sapa beliau, maka mahasiswa bisa bercakap-cakap dengannya.

    “Rektor kami memang sederhana, tak perlu kursi untuk duduk. Bahkan diskusi sambil lesehan biasa beliau lakukan untuk kami mahasiswa. Rektor kami memang sederhana dalam tampilan tapi bijaksana dalam sikap. Kasus TGC Mapala, tidak ada yang ditutupi, berusaha semua diinformasikan kepada media,” kata Saiful.

    Tak ingin dianggap emosional dalam menilai Rektor UII tersebut. Saiful juga menampilakn beberapa komentar dari teman-temannya mengenai sosok Harsoyo. Salah satunya dari Enggar A F Asyaf, Mahasiswa FK UII.

    Menurut Enggar, sangat mudah bagi Harsoyo untuk mengundurkan diri. Karena ia tidak meminta jabatan itu dan tidak berkepentingan di perpolitikan kampus dan ia hanyalah pelayan yang ditunjuk Badan Wakaf.

    “Namun, berat bagi kami dipimpin oleh orang lain,” kata Enggar.

    Enggar bercerita, tahun 2014, ketika perpolitikan kampus sepanas perpolitikan negeri, ketika pemilihan Rektor terkesan ada jegal-menjegal, bahkan ketika Rektor terpilih siap dilantik dibuka aibnya hingga terjegal, Harsoyo masih sibuk mengajar dan membimbing mahasiswa.

    “Anda orang baik, Anda orang netral, tidak ada kepentingan apapun, tentu mudah bagi Anda mengundurkan diri, namun sulit bagi kami menerimanya,” katanya.

    Bagi Enggar, pengunduran diri Rektor tersebut, merupakan bukti ia seorang ksatria berjiwa besar. Selanjutnya ia memohon agar pemberi keputusan tidak menerima pengunduran diri Rektor.

    Postingan laman blog maupun media sosial, mengenai Harsoyo ini menggunakan foto Harsoyo dengan tulisan “Kami bersama Bapak. Kita hadapi bersama, sudah menjadi kewajiban kami menjaga rumah ini bersama. Karena Kami UII,” tertulis #SaveRektorUII.

    Keputusan Harsoyo mengundurkan diri sebagai Rektor UII, setelah melakukan pertemuan tertutup dengan M. Nasir Menristek Dikti dan Kopertis V. Dalam pernyataan Harsoyo kepada media, pengunduran dirinya sebagai Rektor sebagai pertanggungjawaban moril terkait meninggalnya tiga mahasiswa UII dalam Diksar Mapala UII yang berlangsung dari tanggal 13 – 20 Januari 2017.[]

     

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here