More

    Komunitas Bisa Jadi Bibit Penggerak di Masyarakat

    Suasana perayaan "La Nuit des Idées" atau "Malam Ide" dengan tema "Dunia Milik Bersama" di IFI Bandung, Kamis (26/01/2017).
    Suasana perayaan “La Nuit des Idées” atau “Malam Ide” dengan tema “Dunia Milik Bersama” di IFI Bandung, Kamis (26/01/2017).

    BANDUNG, KabarKampus -Pada hari Kamis, 27 Januari 2017, Pusat Kebudayaan Prancis di berbagai belahan dunia secara serentak menggelar “La Nuit des Idées” atau “Malam Ide”. Di kota Bandung, acara yang mengusung tema “Dunia Milik Bersama” ini dimeriahkan dengan presentasi 13 komunitas.

    Mulai dari komunitas yang gemar menonton sampai komunitas yang gemar mendiskusikan filsafat turut berpartisipasi. Setiap perwakilan komunitas mempresentasikan gagasan mereka. Suasana pun dikemas dengan santai dan penuh persahabatan.

    Selain itu ada juga pemutaran film dokumenter berjudul Human (2015) yang disutradarai oleh Yann Arthus-Bertrand. Film ini adalah hasil riset selama tiga tahun, berupa wawancara terhadap ratusan orang dari enam puluh negara. Mereka ditanya tentang hal-hal yang sangat lekat dengan kehidupan sehari-harinya, entah itu cinta, benci, pernikahan, kemiskinan, konflik, kerja, hingga orientasi seksual.

    - Advertisement -

    Syarif Maulana, kurator perayaan “Malam Ide” di Kota Bandung, menjelaskan acara ini digelar dengan kemasan berbeda di setiap kota, tergantung interpretasi masing-masing kota.

    “Inilah cara bagaimana orang Bandung menginterpretasikan “Dunia Milik Bersama”, yaitu dengan cara ngariung atau berkumpul. Kenapa komunitas? Saya pikir komunitas itu menarik, banyak gagasan tumbuh di komunitas,” kata Syarif yang juga merupakan Dosen Telkom University ini kepada KabarKampus.

    Ada pun komunitas yang turut berpartisipasi, diantaranya : (1) Asian African Reading Club yang aktif menyelenggarakan tadarus buku bertema kebangsaan, (2) Komunitas Aleut yang fokus pada apresiasi aspek-aspek kesejarahan, salah satunya dengan jalan-jalan menyusuri tempat bersejarah untuk membandingan deskripsi literatur dengan kenyataan sebenarnya.

    (3) LayarKita yang dengan stamina pelari marathon, terus menjadi penyelenggara bioskop alternatif di berbagai tempat secara rutin. Sejak berdiri, komunitas LayarKita telah mengundang sejumlah tokoh-tokoh penting perfilman serta penulis untuk berbagai pengalaman berkarya.

    (4) Rindu Menanti, komunitas literasi di ruang publik yang salah satunya berhasil lewat pengadaan buku di angkot Margahayu – Ledeng agar penumpang bisa membaca di perjalanan. Dan tentunya tidak ketinggalan komunitas Zine, KlabKlasik, Sarikat Buku, serta komunitas yang tumbuh di lingkungan kampus.

    Menurut Syarif, ia senagaja mengumpulkan komunitas untuk saling berbagi. Baginya komunitas itu memiliki beragam kelebihan, seperti pendanaan yang swadaya dan memiliki spirit untuk berkumpul.

    “Jadi saya pikir mereka harus berbagi. Saya ingin mereka lebih luas memberi inspirasi, bahkan inspirasi itu bisa sampai ke pembuat kebijakan publik,” katanya.

    Namun menurut Syarif, 70 persen dari komunitas yang hadir untuk presentasi adalah komunitas yang relatif baru dan masih perlu diperkenalkan ke publik. Sebagian mereka hidup di kampus, sekolah, dan pesantren.

    “Jadi sebagian adalah komunitas yang sudah eksis, sebagian besar masih baru berkembang. Melalui acara “Malam Ide” ini mereka punya tempat untuk mempromosikan gagasan komunitas. Mengetengahkan gagasan baru dan kreatif untuk melihat persoalan hidup ini. Harapannya….komunitas ini bisa menjadi bibit penggerak di masyarakat,” ungkap Syarif Maulana yang juga pendiri KlabKlassik dan Garasi 10.

    “Saya ingin ide tidak begitu saja diberangus atau dilarang dan semua orang harus belajar menghargai pemikiran orang lain. Karena semakin berkembang iklim berpikir, semakin tentram Kota Bandung.” []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here