More

    Komunitas Sunday Screen Latih Anak TK dan SD Bikin Video

    Shinta Widyana, salah seorang pegiat Sunday Screen

    Membanjirnya informasi di era internet ini mendorong komunitas Sunday Screen menggelar workshop pembuatan video untuk anak-anak TK dan SD. Kegiatan ini sekaligus menanamkan literasi media sejak usia dini.

    Tahun ini, workshop bertajuk “Hayu Ah” itu dilakukan di dua tempat, yakni Rumah Belajar Saraswati, Tegalega, dan TK BPI. Komunitas video dan film Sunday Screen sudah dua kali menggelar acara tersebut, yakni 2010 dan 2014. Sasarannya sama, anak-anak.

    “Anak-anak kita pilih biar mereka lebih cerdas saja, bisa pilah-pilah informasi atau tayangan negatif itu seperti apa,” kata Shinta Widyana, salah seorang pegiat Sunday Screen, saat berbincang dengan KabarKampus.

    - Advertisement -

    Ia menuturkan, workshop “Hayu Ah” 2017 pertama dilakukan di Rumah Belajar Saraswati yang diikuti sekitar 30 anak TK dan SD. Dari sini, anak-anak menghasilkan video dengan tema lingkungan dan kekerasan.

    Kedua, kata dia, workshop “Hayu Ah” dilakukan di TK BPI Kota Bandung yang diikuti tiga kelas murid TK B sekitar 30 orang, Selasa (25/04/2017). Di sini menghasilkan tiga video tentang lingkungan, patriotisme, dan kemandirian.

    “Semua yang bikin anak-anak, kita mengarahkan saja,” terang Shinta Widyana.

    Sebelum membuat video, lanjut alumnus jurnalistik Unisba 2005, anak-anak diberi materi tentang literasi media dengan bahasa sederhana. Misalnya, acara kekerasan yang tayang di film atau sinetron di televisi bukan sungguhan, melainkan karangan atau fiksi belaka.

    Pegiat Sunday Screen juga menjelaskan jika acara-acara negatif di televisi maupun di internet bukan untuk ditiru.

    Anak TK dan SD antusias mengikuti workshop membuat video. FOTO : SUNDAY SCREEN

    “Biasanya workshop literasi media kan ke orang tua atau guru, nah sekarang kita langsung ke anak-anak. Minimal satu-dua ilmu bisa mereka tangkap. Anak-anak kecil kan lebih kritis, mereka bisa mengingatkan orang tuanya juga mana yang negatif dan mana yang positif ditonton,” terangnya.

    Rencananya, video buatan anak-anak akan ditayangkan dalam bentuk video iklan layanan masyarakat. Video juga akan ditayangkan di web berbagi video seperti YouTube dan media sosial lainnya.

    Dengan demikian, lanjut dia, video karya anak-anak tersebut bisa diapresiasi khalayak luas.

    Selama workshop “Hayu Ah”, Shinta dibantu dua orang pegiat Sunday Screen lainnya, yakni Yopie Nugraha dan Yuda Samakta. Sedangkan dana untuk menggelar workshop dilakukan secara swadaya anggota Sunday Screen.

    Ke depan, tambah dia, workshop bisa digelar setahun sekali dengan peserta TK, SD, SMP, SMA hingga mahasiswa. []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here