More

    Mencari Titik Temu Generation Gap Dosen dan Mahasiswa

    Seminar bertajuk “Generasi Z” yang digelar Pusat Inovasi dan Pembelajaran (PIP) Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) di Operation Room Gedung 0 Rektorat, Jumat, (07/04/2017) Dok. Unpar.

    BANDUNG, KabarKampus – Generation gap atau perbedaan generasi kerap ditemui oleh tenaga pengajar dengan mahasiswa pada era digital. Hal itu karena perbedaan menggunakan alat pemebelajaran pada peserta didik alias beda generasi.

    Hal terungkap dalam seminar bertajuk “Generasi Z” yang digelar Pusat Inovasi dan Pembelajaran (PIP) Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) di Operation Room Gedung 0 Rektorat, Jumat, (07/04/2017). Seminar diisi oleh tiga pemateri, yakni Dr. Made Herry Santoso, seorang akademisi dari Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Bali, Pascal Alfadian Nugroho, S.Kom., dosen Teknologi Informasi Unpar, M.Comp., dan Eldwin Viriya alumnus Teknologi Informasi Unpar.

    Seminar ini mengajak hadirin untuk saling merenungi hal-hal yang sudah dan belum dilakukan dalam kegiatan perkuliahan. Salah satunya dari Dr. Made.

    - Advertisement -

    Menurutnya, dosen harus mengikuti perubahan zaman dalam cara-cara perkuliahan. Sementara mahasiswa harus memahami dosen yang memiliki perbedaan pandangan dan sedang mempelajari perkembangan zaman itu.

    Ia menyebutkan, tantangan ekonomi global saat ini menuntut lulusan untuk memiliki transversal skills yang juga disebut sebagai 21st century skills. Keterampilan ini, lanjut Made, merupakan kompetensi nonakademik, seperti kepemimpinan, berpikir kritis, team building, dan lainnya.

    “Selain itu, perkembangan teknologi, ubiquity atau perbedaan penggunaan alat pembelajaran, different generations of learners (peserta didik beda generasi), dan qualification framework (kerangka kualifikasi). Di Indonesia, ada Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) yang terdiri dari sembilan jenjang kualifikasi lulusan,” kata Made dalam paparannya.

    Selanjutnya, dalam menanggapi sebuah pertanyaan dalam diskusi, Pascal mengungkapkan, dosen harus memberikan pertanyaan yang sifatnya deep learning dan service learning di kelas. Pertanyaan yang dilontarkan tenaga pendidik tersebut, harus menggunakan konsep why (bagaimana) dan how (mengapa).

    “Hal ini supaya mengajarkan mahasiswa untuk berpikir kritis sehingga tidak hanya sekadar membaca informasi di internet,” katanya.

    Sementara itu, Eldwin menyebutkan, generasi Z sudah mengenal dan menggunakan teknologi sejak dini. Sehingga terbiasa dengan ketersediaan berbagai informasi dan penyajiannya yang singkat.

    “Efisiensi penyampaian informasi menggunakan video yang durasinya semakin pendek. Contohnya saja di YouTube, dulu, durasi video bisa lebih dari satu jam. Tapi sekarang, paling tidak hanya lima menit,” ujar Eldwin.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here