SEMARANG, KabarKampus – Peringatan Kebangkitan Nasional yang jatuh pada 20 Mei 2017 menjadi moment bagi KAMMI Jateng untuk menolak kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) 900 VA. Mereka menilai kenaikan TDL 900 yang hampir 150 persen sangat memberatkan masyarakat.
“Apalagi sebentar lagi bulan puasa dan lebaran yang akan terjadi kenaikan harga bahan pokok yang cukup signifikan,” kata Khanif Nasukha Kabid Depertemen Kebijakan Publik KAMMI Jateng, Sabtu, (20/05/2017).
Menurut Khanif, setidaknya ada tiga efek negatif dari kenaikan tarif dasar listrik yang dilakukan pemerintah lewat Permen ESDM 28/2016. Diantaranya adalah menurunkan daya beli masyarakat yang akan berdampak kepada pelambatan ekonomi. Terutama kelas menengah ke bawah di mana pengeluaran mereka bertambah sedangkan pendapatan tetap.
“Padahal, kosumsi domestik penyumbang terbesar dari perekonomian Indonesia, yakni sekitar 55 persen,” imbuhnya.
Selain itu, kata Amin, sebanyak 19 juta pelanggan pengguna golongan 900 VA harus membayar Rp 1.352 per kWH untuk penggunaan listrik mereka. Ini akan memicu kenaikan inflasi.
“Berdasarkan laporan BPS, kenaikan harga bahan bakar minyak dan tarif listrik berkontribusi pada lonjakan inflasi sebesar 0,97 persen,” katanya.
Selanjutnya tambah Khanif, kenaikan TDL ini juga berpotensi mematikan usaha mikro, kecil, dan menengah. Selama ini merekalah yang banyak menggunakan listrik 900 VA. Oleh karena itu, langkah pemerintah yang akan menaikkan kembali tarif dasar listrik (TDL) golongan 900 VA sebesar Rp 329,00 per kWH menunjukkan pemerintah sekarang tidak pro rakyat.
“Oleh karena itu, Presiden harus membatalkan kenaikan TDL tahap III tersebut,” tegasnya.
Untuk menekan pemberintah agar menurunkan kenaikan TDL yang sangat memberatkan masyarakat, KAMMI Jawa Tengah pun berencana membuat aksi turun ke jalan. Rencananya mereka akan menggelar aksi Senin mendatang.[]