BANDUNG, KabarKampus – Perburuan Cacing Sonari di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) menjadi persoalan serius bagi kelestarian hutan. Karena, perburuan tersebut, tidak hanya mengambil cacing yang memiliki nilai berharga, namun juga merusak hutan seluas 20 hektar.
Menurut, Adison, Plt. Kepala Balai besar TNGP, dari hasil laporan Polisi Hutan TNGGP, pengerusakan hutan tersebut telah dilakukan sekitar bulan September 2016. Pengerusakan hutan terjadi di lima kawasan zona inti TNGGP yang berada di ketinggian 2500 Mdpl.
“Kerusakan terjadi di lima wilayah. Satu tempat mencapai lima hingga dua hektar. Dari hasil penyidikan, kenapa mereka memotong pohon, ternyata, untuk mendapatkan Cacing Sonari,” kata Adison di kantor BBKSDA Jawa Barat, Rabu, (17/05/2017).
Kemudian dari hasil pengawasan dan penyelidikan selama enam bulan, kata Adison, mereka baru bisa menyimpulkan pada bulan Maret 2017. Mereka mendapatkan nama warga berinsial DN yang diduga sebagai penadah pencurian Cacing Sonari. Kemudian bersama aparat kepolisian, mereka mendapatkan sebanyak 77 ekor Cacing Sonari di rumah DN.
“Dia selain penadah, juga diduga sebagai penyuplai logistik para pemburu Cacing Sonari. Yang bersangkutan tidak naik, namun dari ponselnya yang disita, banyak transaksinya soal pemesanan Cacing Sonari,” jelas Adison.
Bagi Adison, ditangkapnya DN merupakan pintu masuk bagi jaringan pencuri Cacing Sonari di Gunung Gede Pangrango. Ia yakin, pencurian cacing ini tidak dilakukan seorang diri.
“Dari laporan warga ada sebanyak 10 hingga 60 orang yang naik secara ilegal ke zona inti Gede Pangrango,” tambahnya.
Perburuan Cacing Memotong Pohon
Adison menjelaskan, pencurian Cacing Sonari dilakukan dengan memotong banyak pohon. Hal itu dilakukan agar dapat dengan mudah mendapatkan Cacing Sonari yang berada di kedalaman tanah 30 cm.
“Cacing Sonari bila kecil, dia berada di atas pohon. Namun bila besar, ia akan jatuh ke tanah dan masuk ke dalam tanah dengan kedalaman 30 cm. Sehingga untuk mendapatkan cacing tersebut dengan mudah, para pencuri memotong kayu tersebut,” ungkap Adison.
Menurut Adison, pencurian kayu tersebut tidak hanya dilakukan beramai-ramai, namun juga dengan alat potong mesin yang canggih. Karena hasil potongan kayu tersebut sangat rapih. Namun para pencuri hanya mengambil cacingnya saja.
Dari perburuan Cacing Sonari ini, kata Adison, TNGGP mengalami kerusakan paling parah. Bila ini dibiarkan, ini bisa mengakibatkan banjir bandang untuk wilayah Bogor dan Jakarta.[]