More

    Ini Kata Mahasiswa Soal Radikalisme di Kampus!

    Dr. EenHerdiani, S. Sen., M. Hum, Rektor ISBI Bandung memimpin deklarasi anti radikalisme di Kampus Unpad, Bandung, Jumat, (14/07/2017). Foto : Ahmad Fauzan

    BANDUNG, KabarKampus – Sebanyak 44 Perguruan Tinggi di Jawa Barat mendeklarasikan gerakan Anti Radikalisme di Kampus Unpad, Bandung, Jumat, (14/07/2017). Selain para rektor dan pejabat Perguruan Tinggi, kegiatan ini juga diikuti oleh perwakilan mahasiswa masing-masing kampus.

    Deklarasi ini sebagai upaya mencegah menyebaran faham radikalisme di kampus-kampus Jawa Barat. Salah satu poin deklarasi adalah menolak organisasi dan aktivitas yang berorientasi atau berafiliasi dengan gerakan radikalisme, terorisme, dan organisasi kemasyarakatan yang bertentangan dengan Pancasila, UUD 1945, dan peraturan perundang-undangan.

    Lalu apa kata mahasiswa peserta deklarasi Anti Radikalisme soal radikalisme di kampus? Berikut adalah jawabannya!

    - Advertisement -

    Ceceng Saefullah, mahasiswa Jurusan Manajemen, Sekolah Tinggi Ilmu Ilmu Ekonomi (STIE) Pelita Bangsa mengatakan, radikalisme adalah suatu hal yang menyeleweng dari tujuan negara. Biasanya pencucian otak dengan cara membolak-balikkan logika hal yang tidak baik seolah baik alias menyelewengkan kebenaran.

    “Seperti “jihad” yang tidak boleh oleh agama dan dokrin yang keluar dari ideologi Pancasila,” ungkapnya.

    Menurut Ceceng, ia sendiri belum pernah mengalami dan melihat adanya radikalisme di kampusnya. Namun ia pernah mengikuti diskusi yang mempertanyakan Tuhan, namun karena tidak logis ia pun keluar dari diskusi tersebut.

    “Apapun yang tidak logis, saya akan keluar dari kegiatan tersebut,” kata Ceceng.

    Selanjutnya adalah Haidar, mahasiswa TI Universitas Komputer Indonesia. Ia menjelaskan, radikalisme merupakan gerakan yang mengakar. Ajaran yang dibawa adalah menyebarkan faham atau doktrin kebencian terhadap bangsanya sendiri dan ingin menghancurkan NKRI.

    “Civitas akademika mengajarkan yang baik-baik, sementara radikalisme berupaya menyebarkan doktrin-doktrin dan fitnah kebencian kepada bangsanya sendiri dan ingin menghancurkan NKRI,” kata Haidar yang juga aktivis BEM Unikom ini.

    Ia mengaku belum pernah mengamali atau bertemu kelompok radikal tersebut. Namun ia melihat pergerakannya dari pamflet yang ada di tiang listrik.

    “Yang baru ini adalah tentang HTI,” tambahnya.

    Sementara itu Nurhadiansyah, mahasiswa Universitas Majalengka menjelaskan, radikalisme adalah faham politik yang mendoktrin masyarakat untuk mengajak pada faham kekerasan. Selain itu faham ini juga berupaya melakukan makar.

    “Seperti demo di daerah ibu kota, kejadian yang kemarin, masalah penistaan. Kebanyakan dari masyarakat menyimpulkan hal tersebut adalah radikalisme,” kata Nurhadiansyah.

    Namun katanya, ia tidak menyimpulkan hal tersebut adalah radikalisme. Demo besar-besaran di Jakarta kemarin adalah demo yang muncul dari diri sendiri, karena termotivasi ingin membantu.

    “Sementara gerakan radikalisme adalah mengajak kepada hal yang negatif,” ungkapnya.

    Deklarasi gerakan anti radikalisme ini dipimpin oleh Een Herdiani, Rektor ISBI diikuti oleh Menristek Dikti, Menkoinfo, sejumlah anggota DPR RI, TNI, POLRI, Gubernur Jawa Barat, dan mahasiswa.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here