BANDUNG, KabarKampus – Usman Hamid, Direktur Amnesty Internasional Indonesia turut mengikuti Aksi Kamisan Bandung di depan Gedung Sate, Kamis, (27/07/2017). Dalam aksi untuk menagih janji Jokowi untuk menuntaskan kasus HAM tersebut, sekaligus memperingati Peristiwa 27 Juli 1996.
Menurut Usman, ada hal istimewa dan penting yang membuatnya ke Bandung. Hal tersebut karena, Kota Bandung di bawah kepemimpinan Irjen Anton Charliyan, Kapolda Jawa Barat. Orang nomor satu di Kepolisian Jawa Barat tersebut pernah menyelidiki peristiwa yang sangat penting yaitu pembunuhan Munir.
“Saya kenal baik dengan dia dan saya bersama Kapolda Jawa Barat ini pernah menyelidiki peristiwa yang sangat penting yaitu pembunuhan Munir,” kata Usman Hamid di Aksi Kamisan Bandung, Kamis, (27/07/2017).
Ketika itu, kata aktivis HAM ini, ia bersama para investigator termasuk Anton Charliyan merasakan betul betapa peristiwa pembunuhan Munir penuh dengan perencanaan. Betapa juga pembunuhan Munir tidak mudah untuk diungkapkan.
“Bukan pembunuhan itu terjadi di penerbangan dan dalam bentuk racun yang tidak berbau, tapi juga melibatkan pejabat direksi garuda. Sebuah perusahaan milik negara yang seharusnya steril dari kejahatan semacam ini,” tambahnya.
Selain itu juga kata Usman, pembunuhan Munir juga melibatkan Badan Intelejen Negara (BIN) dan pejabat mantan militer. Mereka sempat ditangkap dan penangkapan ini termasuk keberhasilan Anton Charliyan.
Namun sayangnya, ungkap Usman, kasus ini sampai sekarang belum selesai. Sudah 13 tahun yang lalu.
“Tidak terasa 13 tahun lalu, sama seperti tidak terasanya Aksi Kamisan di Jakarta, sudah ke-500 kalinya. Bayangkan ibu-ibu yang tadinya rambutnya hitam sekarang sudah putih. Seorang Mba Suci (Istri Munir) yang tadinya lebih segar, sekarang mulai terlihat usianya,” ungkap lulusan Trisakti ini.
Seolah dengan apa yang mereka lakukan hingga saat ini, tambah Usman, orang-orang ingin mengatakan kepada mereka, bahwa mereka kesepian. Namun mungkin benar, tapi dengan adanya Aksi Kamisan, adanya anak-anak muda, masyarakat dari segala profesi, seniman dan sebagainya, ia percaya aksi tersebut tidak sungguh-sungguh membuat mereka kesepian.
“Secara psikis mungkin mereka kesepian, tetapi secara jiwa dan moral mereka tidak pernah kesepian, karena mereka menyatu dalam mimpi anak- anaknya untuk indonesia yang bebas dari pelanggaran HAM,” tutup Usman.[]