More

    Pemuda Asal Kupang Pecahkan Rekor Doktor Termuda di Indonesia

    Grandprix, Doktor Termuda Indonesia. Foto : Fauzan

    BANDUNG, KabarKampus – Grandprix Thomryes Marth Kadja, seorang mahasiswa asal kupang berhasil meraih gelar Doktor bidang Kimia dari Insititut Teknologi Bandung (ITB). Gelar tersebut ia peroleh setelah mengikuti sidang promosi disertasi yang digelar di Kampus ITB, Bandung, Jumat, (22/09/2017).

    Dalam disertasinya Gradprix mengangkat topik tentang zeolite sintesis, mekanisme, dan peningkatan hierarki zeolit ZSM-5. Disertasi tersebut berhasil membawanya memperoleh gelar Doktor dengan nilai cumlaude. Tak hanya sampai di sana, gelar Doktor yang diraih Grand Prix memecahhkan rekor MURI sebagai Doktor termuda di Indonesia dengan usia 24 tahun.

    Grandprix atau yang akrab disapa GP ini merupakan pria kelahiran Kupang 31 Maret 1993. GP merupakan anak dari pasangan Oktavianus Kadja yang berprofesi sebagai karyawan Bank dan Yane Kadja, seorang PNS di Dinas Perternakan.

    - Advertisement -

    Grandprix mengaku, ia masuk SD pada usia 5 tahun dan SMA masuk kelas akselerasi selama dua tahun. Mulai berkuliah pada tahun 2009 dan lulus 2013. Ketika masuk kuliah ia masih berusia 16 tahun dan lulus usia 19 tahun.

    “Saya masuk UI melalui jalur prestasi sebagai juara Olimpiade Sains Nasional pada tinggkat SMA,” kata Grandprix kepada KabarKampus, Jumat, (22/09/2017).

    Selanjutnya, kata laki-laki yang gemar membaca komik Sincan ini, setelah lulus ia langsung melanjutkan pendidikan S2 dengan beasiswa Pendidikan Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) Kemenristek Dikti. Program pendidikan S2 dan S3 tersebut ia selesaikan dalam waktu empat tahun.

    “Kaget aja jadi lulusan paling muda, tapi semuanya mengalir begitu saja,” ungkap GP yang telah menerbitkan 9 jurnal nasional dan internasional ini.

    GP mengaku, prestasi yang diraihnya ini modalnya adalah fokus. Waktu kuliah, ia fokus mengerjakan pekerjaan di kampus. Namun ketika di rumah saya tidak mengerjakan pekerjaan tersebut.

    “Setelah kuliah biasanya saya main atau olahraga bersama teman-teman. Atau kami biasanya nonton atau karaokean,” kata GP. yang telah menerbitkan 9 jurnal nasional dan internasional ini.

    GP berharap, hasil disertasinya bisa bermanfaat bagi banyak industri di Indonesia. Selain itu, ia juga berharap bisa mengabdikan ilmunya dengan menjadi dosen di perguruan tinggi.

    “Saya pinginnya jadi dosen ITB, tapi itu harus lewat proses,” ungkapnya.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here