More

    Calon Dokter Universitas Papua Memperjuangkan Nasib di Jakarta

    Mahasiswa FK UNIPA di kantor LBH Jakarta. Dok. LBH Jakarta.

    Sudah tiga minggu sebanyak tujuh mahasiswa Fakultas Kedoteran Universitas Papua (FK Unipa) berada di Jakarta. Mereka datang ke Ibu Kota Negara Indonesia ini untuk memperjuangkan nasib mereka sebagai mahasiswa yang terlantar.

    Pada bulan Oktober 2016 lalu, Rektor Unipa secara tiba-tiba menghentikan kegiatan perkuliahan di Fakultas Kedokteran Unipa, dengan alasan tidak ada anggaran. Hal ini membuat sebanyak 102 mahasiswa dari tiga angkatan di kedokteran Unipa tak jelas nasibnya.

    “Saya ini seharusnya semester tujuh, namun karena Rektor Unipa menghentikan kegiatan kuliah di Fakultas Kedoteran Unipa sekarang masih semester lima,” kata Indah Indah Ein Fajarwati, Ketua BEM FK Unipa, mewakili seluruh mahasiswa yang putus kuliah.

    - Advertisement -

    FK UNIPA baru didirikan pada tahun 2014 bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI). Indah merupakan mahasiswa angkatan pertama FK Unipa dengan total mahasiswa 32 orang. Kemudian disusul angkatan kedua dengan jumlah 34 mahasiswa dan angkatan ketiga dengan jumlah 36 mahasiswa.

    Setelah kuliah dihentikan, kata Indah, Dekan FK Unipa berinisiatif untuk menggelar kuliah darurat dengan meminta pertolongan dokter-dokter Puskesmas dan Rumah Sakit Umum yang sedang bertugas di Papua Barat. Namun hal tersebut hanya berlangsung selama satu bulan.

    Tak kunjung mendapat kejelasan baik dari Rektor Unipa, Gubernur Papua Barat, tepatnya bulan Febuari 2017, Indah bersama teman-teman untuk memperjuangkan Nasib ke Jakarta. Mulai dari anggota DPR RI, hingga Kemenristek Dikti sudah mereka temui. Namun mereka tetap juga tak mendapatkan kepastian yang jelas.

    Bahkan, mereka kemudian datang kembali ke Jakarta pada bulan Juni 2017. Namun tetap, hasilnya nihil. Hingga akhirnya terpaksa kembali datang ke Jakarta.

    “Sekarang kami ada tujuh orang datang ke Jakarta. Kami sudah ada dari tanggal 23 September. Sudah tiga minggu tinggal di daerah kuningan Jakarta. Kami tinggal di rumah dosen Universitas Indonesia yang pernah mengajar mereka selama tiga tahun di Unipa,” terang Indah yang ke Jakarta dengan sumbangan dana teman-temannya di Kedokteran Unipa.

    Indah mengaku, selama di Jakarta mereka sudah bertemu dengan DPD Papua Barat dan sudah konsultasi dengan LBH Jakarta dan Komnas ham. Selain itu mereka juga sudah bertemu dengan Dikti, UI, dan Unipa pada 26 September lalu. Dalam pertemuan tersebut mereka dijanjikan bakal kuliah lagi pada tanggal 16 Oktober 2017.

    “Saat kami tanyakan kenapa kami belum juga kuliah, ternyata ada perbedaaan honor yang belum disepakati. Kemudian setelah honor disepakati, kami dijanjikan dapat kembali kuliah pada 16 Oktober,” tambah Indah yang saat ini didampingi oleh Joli, Samuel, Irma, Indri, Tiwi, serta Firma dan Debrima

    Namun setelah mereka meminta informasi pada tanggal 16 Oktober kemarin dari kampus, ternyata tidak ada tanda-tanda akan kuliah. Fakultas Kedokteran pun tidak tahu menahu soal tersebut.

    Begitu juga dengan janji Rektor Unipa yang dalam pemberitaan surat kabar, menjanjikan FK Unipa bakal kembali kuliah pada tanggal 18 Oktober 2017. Namun ternyata juga tak ada perkuliaahan.

    Sebenarnya, kata Indah, mereka pada hari Kamis tanggal (19/10/2017) bakal menggelar demo di Istana negara, karena terus tak mendapat kejelasan mengenai nasib mereka. Tapi demo itu batal. Lantaran mereka dijanjikan oleh staff Presiden untuk Papua bakal dipertemukan dengan semua pihak, yakni Pemprov Papua Barat, Kemenristek Dikti, Rektor Unipa, dan FK UI.

    “Masalah ini butuh sikap Pak Kemeristek Dikti untuk menentukan. Tapi kalau kami belum mau pulang ke Sorong kalau masalah ini belum selesai,” ungkap Indah yang mengaku telah kehabisan dana untuk hidup di Jakarta.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here