More

    Drone UGM Berhasil Petakan Daerah Rawan Bencana Gunung Agung

    Tim Drone Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah melakukan persiapan pemetaan Gunung Agung. Foto : UGM

    Departemen Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada berhasil melakukan pemetaa di sekitar lereng Gunung Agung Bali. Pemetaan ini dilakukan melalui pesawat drone buffalo FX-79 yang diterbangkan dari jalan Raya Desa Kubu yang berjarak 11 Kilometer dari puncak.

    Pemetaan dilakukan atas hasil permintaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan merupakan kerjasama dengan Disaster Response Unit (DERU). Dengan dikomandoi oleh Ruli Andaru, ST. M.Eng, ketua tim drone, tim melakukan pemetaan wilayah di sekitar lereng Gunung Agung.

    Pemetaan daerah lereng mulai dilakukan pada ketinggian 700 meter. Tim berhasil melakukan pemetaan seluas 1.000 hektare yang mencakup Kawasan Rawan Bencana I dan Kawasan Rawan Bencana II.

    - Advertisement -

    Ruli menjelaskan, Buffalo FX-79  sukses terbang sampai ketinggian 4.000 meter dari total ketinggian Gunung Agung yang mencapai 3.142 meter di atas permukaan laut.  Hal itu melampui drone dari tim Koax Flyer Jakarta yang sebelumnya hanya mampu mencapai ketinggian 1.400 meter.

    Kemudian pada ketinggian 4.000 meter, Buffalo FX-79 berhasil melakukan pemotretan kawah Gunung Agung selebar 3,5 x 5 kilometer. Setidaknya, 400 foto berhasil dipotret oleh Buffalo FX-79.

    Menurut Ruli, foto-foto itu termasuk kondisi visual kawah saat itu mulai dari ada tidaknya retakan kawah, material kawah, hingga cairan yang terdapat di kawah. Kupulan foto tersebut selanjutnya akan diolah dengan metode fotogrametri untuk selanjutnya menghasilkan mosaik foto dan Digital Terrain Models (DTM).

    “Tim sudah melakukan pemotretan yang dapat digunakan untuk memprediksi aliran lahar di daerah lereng Gunung Agung,” ujar Ruli Andaru.

    Ruli menjelaskan, mosaik foto dan DTM yang diperoleh akan diberikan kepada BNPB untuk selanjutnya dilakukan analisis lebih dalam. Hasil pemetaan tersebut dibutuhkan untuk membantu model pemetaan aliran lahar jika terjadi erupsi Gunung Agung.

    Kedepan, Tim Drone Departemen Teknik Geodesi UGM mencoba untuk melakukan pemetaan berbasis video. Ruli mengatakan jika sebelumnya telah dilakukan pemotretan yang berhasil memperoleh data mosaik dan DTM, dengan video akan didapatkan hasil pemetaan yang berbeda.

    “Menggunakan video, cakupan liputan pemetaan akan lebih lebar dan kita dapat mengetahui interaksi atau aktivitas yang terjadi di sekitar kawah, seperti mengetahui arah asap dan lain sebagainya,” jelas Ruli.

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here