More

    Krisis Masih Berlangsung, Kapal Pengungsi Rohingya Tenggelam, 2 Meninggal

    MSN

    Para pengungsi Rohingya yang melarikan diri dengan kapal dari Rakhine, Myanmar tenggelam pada hari Minggu malam. Pada 8 Oktober 2017, di dekat pantai Bangladesh setidaknya 2 orang meninggal dan sejumlah lainnya masih belum ditemukan.

    Penjaga pantai dan penjaga perbatasan menjelaskan bahwa kapal tersebut kelebihan muatan. Kapal yang diisi 100 orang pengungsi tersebut tenggelam di mulut sungai Naf. Sungai ini memisahkan antara Myanmar dan tetangganya Bangladesh.

    - Advertisement -

    “Kapal ini terbalik di dekat (desa pesisir) Galachar dengan muatan hampir mencapai 100 orang. Kami menemukan 2 mayat, dan 2 lainnya dapat diselamatkan,” jelas Alauddin Nayan Komandan penjaga pantai kepada AFP.

    Alauddin Nayan menjelaskan bahwa, terdapat 40 orang dewasa, “sisanya adalah anak-anak” jelasnya. Saat ini para penjaga pantai telah melakukan operasi pencarian dan penyelamatan.

    Kapal penjaga perbatasan yang menyusuri sungai Naf, menyelamatkan setidaknya 11 pengungsi Rohingya lainnya termasuk 3 perempuan dan 2 anak-anak. Hal ini ditambahkan oleh Abdul Jalil, seorang petugas perbatasan Bangladesh.

    “Kami berbicara dengan beberapa orang yang selamat, salah satu dari mereka membenarkan bahwa kapal tersebut diisi 80-100 orang dengan 30-35 diantaranya adalah laki-laki” tambah Abdul Jalil.

    Menurut laporan dari penjaga pantai, kapal tersebut tenggelam pada pukul 10.00 waktu setempat (16:00 GMT). Diduga karena kapal terbalik di perbatasan Myanmar, sebagian mungkin berenang kembali ke Pantai Rakhine.

    Salah satu media lokal mengutip ucapan korban yang selamat, mengatakan bahwa kapal tersebut tenggelam akibat gelombang tinggi dan cuaca buruk.

    Perjalanan ini memang termasuk perjalanan berbahaya. Minggu lalu, lebih dari 60 pengungsi Rohingya juga dikhawatirkan tewas. Pasalnya kapal yang membawa mereka keluar dari Myanmar mengalami cuaca buruk di Teluk Benggala lepas pantai Bangladesh.

    Ditemukan setidaknya 23 mayat, namun jumlah korban tewas diperkirakan melonjak hingga berjumlah 60 orang. Dengan mayoritas korban adalah anak-anak yang terlalu lemah untuk berenang di tengah cuaca gelombang yang menghadang.

    Setidaknya ada sebanyak 150 pengungsi Rohingya yang meninggal dengan banyak diantaranya anak-anak. Kapal nelayan kecil tidak memadai untuk laut besar jelas para penjaga pantai.

    Di Akhir Agustus ada 520.000 pengungsi Rohingya yang telah meninggalkan Rakhine menuju Bangladesh. Sebagian besar menggunakan kapal melintasi sungai Naf.

    Sejak serangan 25 Agustus dari militan Rohingya pada pos polisi Myanmar, terjadi memicu munculnya serangan militer besar besaran.

    PBB mengatakan, serangan militer ini dapat menjadi “pembersihan etnis,” sementara pemerintah Myanmar menitikkan kesalahan pada Rohingya. Pemerintah Myanmar menolak mengakui Rohingya sebagai kelompok etnis dan menyebut mereka sebagai imigran ilegal dari Bangladesh.

    Bangladesh sendiri membuat pelarian ini semakin sulit dengan mengelurkan larangan untuk kapal-kapal pengungsi yang melalui sungai Naf. Hingga saat ini setidaknya ada 30 kapal kayu yang dituduh menyeludupkan pengungsi Rohingya dan obat-obatan terlarang ke negara tersebut. []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here