More

    “Self Reader” Bantu Tuna Netra Membaca Buku

    Seorang pengunjung sedang mencoba Self reader dalam pameran alat bantu low vision yang digelar Syamsi Dhuha Foundation di FK Unpad, Bandung, Sabut, (14/10/2017). Foto Fauzan

    Saat ini penyandang tuna netra atau low vision tak perlu khawatir bila ingin membaca sebuah novel atau buku, tanpa menggunakan huruf braille atau kaca pembesar. Sebab kini mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) telah mengembangkan sebuah alat yang membantu penyandang tuna netra dan low vision untuk membaca buku.

    Alat tersebut dinamakan “Self Reader”. Dibuat oleh dua mahasiswa ITB yakni Annisa Istiqomah Arrahmah dari Teknik Elektro dan Albert, darri Desain Produk ITB.

    “Alat ini dibuat untuk untuk penyandang low vision atau tuna netra. Mereka memiliki penglihatan terbatas, tak perlu waktu yang lama untuk membaca,” kata Albert  kepada KabarKampus di Fakultas Kedokteran Unpad, Sabtu, (14/10/2017).

    - Advertisement -

    Untuk itu kata, Albert, mereka mengembangkan sebuah alat yang bisa menggantikan alat indra penglihatan menjadi pendengaran. Sehingga mereka bisa mengetahui bacaan lebih cepat.

    Bentuk alat ini seperti lampu belajar. Untuk menggunakannya tinggal letakkan buku atau bahan bacaan di bawah lampu yang memiliki kamera untuk mengambil gambar, kemudian tekan tombol untuk mengambil gambar.

    Dengan sensor gambar, nantinya dia akan secara otomatis akan mengambil gambar dan mengubahnya menjadi teks. Setelah menjadi teks, secara otomatis bakal ada semacam auto correct untuk memperbaiki ejaan yang salah. Kemudian dikompaile lagi ke teks awal dan setelah itu baru menjadi teks audio.

    Selain itu, Albert dan Annisa juga menambahkan fitur play, pause, dan stop untuk memudahkan membaca. Sehingga bila kurang jelas, si pengguna dapat mengulanginya.

    “Kelemahannya adalah di bahasa. Saat ini mereka masih mengembil suara di google voice dengan logat bahasa Italia,” terang Albert.

    Hal itu jelas Albert, karena bahasa Indonesia belum ada di google voice. Sementara ejaannya bahasa Inggris sangat berbeda dengan bahasa Indonesia. Sehingga mereka memilih bahasa yang paling dekat ejaannya dengan bahasa Indonesia.

    “Intinya alat ini masih perlu disempurnakan,” kata Albert

    Oleh karena itu, Albert dan Annisa berencana mengeluarkan prototype self reader II. Selain bakal memperbaiki suara, mereka juga akan menggantikan desainnya menjadi lebih kecil dan mudah dibawa kemana-mana.

    “Sekarang bentuknya cukup besar. Kami ingin ukuran dan bentuknya bisa dibawa kemana-mana,” jelas Albert.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here