More

    Mahasiswa IPB Manfaatkan Bulu Babi Untuk Oestoporesis

    Ilustrasi bulu babi / phinemo.com

    BOGOR, KabarKampus – Bulu babi atau Diadema Setosum merupakan salah satu produk perikanan yang menjadi komoditas di banyak negara. Salah satu manfaatnya adalah pada cangkangnya memiliki kandungan mineral tinggi yang berfotensi menjadi sumber kalsium tinggi.

    Di tangan, mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB), cangkang bulu babi digunakan untuk mengatasi oestoporesis pada orang tua. Ia memanfaatkannya lewat sebuah penelitian berjudul “Karakteristik Nanokalsium Cangkang Bulu Babi (Diadema setosum) dan Efektivitas Penyerapannya Secara In Vivo” tentang produksi kalsium dari cangkang bulu babi.

    Dialah Syahira Addina, Mahasiswa Departemen Teknologi Hasil Perairan, FPIK, Institut Pertanian Bogor (IPB). Ia memproduksi kalsium dari cangkang bulu babi dalam ukuran nanopartikel dan menganalisis kecepatan penyerapannya yang telah difortifikasi dalam susu kedelai pada tikus Sprague Dawley.

    - Advertisement -

    Syahira menggunakan hewan uji tikus Sprague Dawley untuk menganalisis kecepatan penyerapan nanokalsium. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rendemen nanokalsium yang diperoleh adalah (2,81±0,20)% dengan kadar abu nanokalsium sebesar (80,14±0,62)%.

    “Kadar abu yang tinggi ini menunjukkan bahwa proses demineralisasi dapat melarutkan sebagian besar mineral dalam cangkang bulu babi, sehingga kandungan bahan anorganik dalam nanokalsium menjadi tinggi,” ujar Syahira.

    Lanjut Syahira, Nanokalsium cangkang bulu babi mengandung komposisi mineral Ca, Mg, Na, K, Mn, Zn, P dan Fe. Kandungan mineral terbesar pada cangkang bulu babi yaitu kalsium dan magnesium.

    Ukuran nanokalsium tersebut, kata Syahira difortifikasi ke dalam susu kedelai adalah (9,66 ± 2,288) nm. Fortifikasi dilakukan sebanyak 5% ke dalam susu kedelai.

    Hasil menunjukkan bahwa penyerapan kalsium dalam ukuran nano terjadi lebih cepat daripada kalsium dalam bentuk mikro. Nanokalsium dapat diserap ke dalam darah sebanyak 5,91% setiap menit sedangkan mikrokalsium hanya dapat diserap 1,30% setiap menit.

    “Ini menunjukkan bahwa nanokalsium lebih banyak diserap dalam darah jika dibandingkan dengan mikrokalsium pada waktu yang sama,” ujarnya.

    Menurutnya, kalsium yang berukuran nano dapat terabsorpsi secara cepat dan sempurna ke dalam tubuh. Penyerapan kalsium ini akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya waktu penyerapan.

    Syahira berharap hasil penelitiannya ini dapat memberikan informasi tentang pembuatan nanokalsium dari cangkang bulu babi (Diadema setosum). Selain itu hasil penelitian ini dapat menjadi alternatif untuk membantu mengatasi permasalahan defisiensi kalsium pada lansia akibat menurunnya penyerapan kalsium.

    “juga memberikan informasi tentang kecepatan penyerapan nanokalsium cangkang bulu babi”, tutupnya.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here