More

    Lebih Dari 100 Ribu Orang Utan Kalimantan Terbunuh

    Aktivitas manusia semakin jauh menjangkau habitat asli orangutan di Kalimantan. Supplied: Serge Wich / australiaplus

    Sekitar 100 ribu atau setengah dari jumlah orang utan di Kalimantan terbunuh atau dipindahkan dari habitatnya sepanjang tahun 1999-2015. Angka ini merupakan hasil penelitian yang diterbitkan di jurnal Current Biology pada Febuari 2018.

    Profesor Serge Wich dari Liverpool John Moores University salah satu peneliti mengatakan, dalam penelitiannya tim peneliti memanfaatkan 16 data survei lokasi orangutan di Kalimantan. Meski tidak menjelajahi setiap pelosok hutan, mereka mengisi kekosongan dengan melihat peta perubahan penggunaan lahan dan ancaman lainnya yang berdampak pada populasi orangutan.

    Tim peneliti memeriksa bagaimana perubahan tersebut mempengaruhi populasi di daerah yang memiliki data survei sarang. Kemudian menggunakan hasil data untuk memperkirakan bagaimana spesies tersebut tersebar di seluruh pulau.

    - Advertisement -

    “Kami menggunakan banyak tingkatan penggunaan lahan, tingkatan ancaman, seperti kepadatan populasi manusia, untuk memprediksi kepadatan di daerah yang tidak kami datangi,” jelas Prof Wich seperti yang di tulis di Australiaplus.

    Dari hasil data penelitian mereka menunjukkan, ternyata jumlah orangutan lebih banyak daripada yang diperkirakan sebelumnya. Namun jumlah yang terbunuh juga lebih besar.

    “Pada tahun 1999, jumlah orangutan lebih banyak daripada yang kita duga. Tapi juga kita telah kehilangan lebih dari yang kita perkirakan. Jadi seperti pedang bermata dua,” ujarnya.

    Sementara itu Maria Voigt dari Max Plank Institute for Evolutionary Anthropology salah satu peneliti menambahkan, orang utan mengalami penurunan lebih dari 100.000 ekor. Mereka kehilangan setengahnya dari orang hutan di kalimantan. Sementara sekitar 70.000 sampai 100.000 orangutan yang tersisa di alam liar di Kalimantan.

    “Kehilangan 50 persen (orangutan),” ujarnya.

    Deforestasi dan Perburuan

    Voigt mengatakan, penelitian ini menunjukkan bahwa perubahan tutupan lahan menyebabkan seluruh populasi orangutan punah di beberapa tempat. Kehilangan paling parah adalah di daerah terjadinya deforestasi dan konversi.

    “Ini temuan yang sangat penting, karena mendukung penelitian sebelumnya bahwa pembunuhan dan perburuan adalah masalah besar. Bahkan mungkin merupakan penyebab terbesar selama periode ini,” kata Voigt.

    Selanjutnya Prof Wich menjelaskan, sekitar 70 persen dari jumlah orangutan yang terbunuh berasal dari daerah berhutan.  Orangutan sering ditembak saat aktivitas perkebunan, saat mereka membuka pertanian skala kecil.

    “Kita tidak menyadari bahwa masalah ini ternyata besar sekali,” kata Prof Wich.

    NamunProf Wich melihat saat iniada peningkatan kesadaran baik di Indonesia dan Malaysia terhadap masalah lingkungan. Ia berharap peningkatan kesadaran akan mengarah pada peningkatan konservasi.

     

    “Ada beberapa kolaborasi menjanjikan antara konservasi dan industri – baik industri kelapa sawit atau perusahaan penebangan kayu – dimana mereka berusaha mempertahankan orangutan di wilayah tersebut,” paparnya.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here