More

    FEWEAS Siap Antisipasi Banjir Citarum

    Sejumlah anggota Basarnas sedang mempelajari aplikasi Feweas. Dok. ITB

    Memasuki musim hujan sejumlah daerah di Indonesia mulai mewaspadai banjir. Tak terkecuali daerah di Jawa Barat. Terutama wilayah sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum.

    Sungai Citarum memiliki panjang sekitar 300 Kilometer. Sungai ini merupakan daerah rawan banjir.

    Ancaman banjir di Singai Citarum mendapat perhatian dari para peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB). Untuk mengantisipasi banjir tersebut, mereka mengembangkan sebuah aplikasi yang dinamakan nama FEWEAS (Flood Early Warnng and Early Action System).

    - Advertisement -

    FEWEAS merupakan aplikasi berbasis sistem Android, iOS dan Web-Based. FEWEAS kali ini adalah generasi kedua setelah FEWEAS sebelumnya dibangun untuk wilayah sungai Bengawan Solo.

    FEWEAS Memiliki Tingkat Akurasi Tinggi dan Mudah Digunakan

    Sistem yang ada pada FEWEAS merupakan kombinasi dari informasi prediksi cuaca dan prediksi genangan resolusi tinggi hingga 1 km dengan ketepatan tinggi. Informasi yang dikirim FEWEAS adalah prediksi jangka pendek, menengah dan informasi observasi near real time.

    Prediksi jangka pendek di antaranya status kewaspadaan banjir, genangan, tinggi muka air, dan cuaca dalam interval 1 jam untuk tiga hari ke depan. Prediksi jangka menengah di antaranya prediksi kerentanan banjir dalam interval 10 hari untuk 5 tahun ke depan.

    Selain itu FEWEAS juga dapat melakukan pengamatan curah hujan dan tinggi muka air diukur sepanjang DAS Citarum menggunakan beberapa peralatan yaitu Automatic Weather Station (AWS). Peralatan ini melakukan mengamatan seperti pengamatan cuaca, Automatic Water Level Recorder (AWLR) untuk mengukur tinggi muka air, dan Automatic Rain Gauge untuk mengukur curah hujan.

    Kemudian prediksi bencana banjir. Aplikasi FEWEAS juga memberikan rekomendasi tindakan aksi mitigasi bencana untuk mengurangi risiko dampak bencana berdasarkan hasil prediksinya.

    Selanjutnya yang juga penting adalah aplikasi FEWEAS mudah digunakan oleh masyarakat secara umum. Masyarakat dapat berbagi informasi menggunakan aplikasi FEWEAS.

    Untuk mengirimkan prediksi bencana pada masyarakat, FEWEAS juga dilengkapi dengan fitur Common Alerting Protocol (CAP) sebagai pendukung keputusan yang berguna untuk mengumumkan status kewaspadaan dan mengirim secara otomatis lewat web, Android/iOS, atau SMS. Pada aplikasi ini terdapat pula pilihan adaptasi untuk mengurangi level kerentanan bencana banjir dari hulu hingga hilir untuk 5 tahun ke depan.

    Sebagai pilot project, FEWEAS saat ini telah digunakan oleh masyarakat untuk mengantisipasi banjir di daerah aliran Sungai Bengawan Solo yang melewati dua provinsi, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

    Kesuksesan FEWEAS di Bengawan Solo memberi dampak positif pada pengembangan selanjutnya. Masyarakat waktu itu meminta FEWEAS juga dikembangkan untuk aliran Sungai Citarum dan Ciliwung. FEWEAS Ciliwung kini statusnya masih menunggu investor. Permintaan tersebut juga datang dari pihak swasta dan pemerintah daerah tersebut.

    Kesuksesan FEWEAS tidak dapat dipisahkan dari peran ketua tim, Dr. Armi Susandi, yang berada di balik ide awal, konsep, serta desain. Ia merupakan lulusan Max Planck Institute for Meteorology, Jerman, dan memfokuskan risetnya pada masalah Hidrometeorologi di Indonesia.

    “Pengadaan stasiun pengamatan tergolong mahal, terutama perawatannya. Untuk itu, ITB bekerja sama dengan instansi Perum Jasatirta II untuk tiga belas titik pos duga air di DAS Citarum yang terhubung dengan aplikasi FEWEAS,” kata ungkap Armi di Kampus ITB, Kamis (08/03/2018).

    Ia menjelaskan, ketiga belas titik tersebut adalah Siphon Cibebet, Jengkol Weir, Macan Weir, Gadung Weir, Salamdamra Weir, Bendungan Cikarang, Bendungan Cibeet, Siphon Bekasi, Bendungan Walahar, Tailrace, Majalaya, Bendungan Cisomang. Selain itu juga ditambah dukungan 12 pos curah hujan dan 6 pos cuaca yang tersinkronisasi dengan aplikasi FEWEAS.

    Selain ITB, pengembangan aplikasi ini juga didukung oleh International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC), Palang Merah Indonesia (PMI), Zurich Insurance Indonesia, Perum Jasa Tirta II, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air (PUSAIR) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here