YOGYAKARTA, KabarKampus – Sistem peringatan dini longsor atau Landslide Early Warning System (LEWS) karya peneliti Universitas Gadjah Mada (UGM) meraih standar internasional. Penyerahan sertifikat ISO ini diberikan di Kantor Plenary Meeting ISO Sydney, Australia, Jumat kemarin, (13/03/2018).
LEWS merupakan karya UGM bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Standar internasional LEWS dipublikasikan sebagai ISO 22327. Dengan demikian, LEWS dapat digunakan sebagai pedoman internasional untuk implementasi sistem peringatan dini longsor berbasis komunitas.
Teuku Faisal Fathani, Ph.D., salah satu peneliti LEWS mengatakan, keberhasilan terbitnya ISO 22327 merupakan hasil perjuangan panjang. Sejak 2006 UGM sudah mengembangkan alat-alat pemantau longsor sederhana bekerja sama dgn BNPB dan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
Dalam penerapannya dilakukan pendekatan terintegrasi dengan sistem peringatan dini yang utuh. Penerapannya dilakukan mulai dari kajian risiko hingga mengukur kemampuan respons masyarakat.
“Sistem ini terus berkembang hingga kini sudah dipasang di 30 propinsi dan di luar negeri,” kata peneliti UGM ini.
Sampai tahun 2014, kata Faisal, sistem peringatan dini longsor terintegrasi ini mulai dirumuskan sebagai SNI dan setahun kemudian didorong menjadi ISO.
Sementara itu dalam keterangan persnya Willem Rampangilei, Kepala BNPB mengatakan, bagi BNPB penetapan ISO sistem peringatan dini longsor dapat menjadi penguatan wujud Indonesia sebagai laboratorium bencana dunia. Di samping itu, industri kebencanaan dapat tumbuh dan berkontribusi untuk melindungi masyarakat dari ancaman bencana sehingga berdampak positif dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Sebelumnya, LEWS telah diuji coba di lebih dari 150 lokasi di Indonesia. Kehadiran LEWS diharapkan terus dapat berkontribusi dalam penanggulangan ancamana bahaya longsor di Indonesia.[]