More

    Rumi, Umberto Eco, dan Semangkuk Sup

    Ilustrasi

    Sebait Masnawi karya Jalaluddin Rumi:

    Teks Asli dalam Bahasa Parsi:

    Sh’er-e man nan-e mesr ra manad,
    shab bar u bogzarad natani khord.
    An zamanash bokhor ke taze bovad,
    pish az anke bar u neshinad gard.

    - Advertisement -

    Terjemahan dalam Bahasa Inggris:

    My poetry is like Egyptian bread,
    after the night you can’t eat it.
    Eat it while it is fresh,
    before the dust has settled on it.

    Terjemahan dalam Bahasa Indonesia:

    Bagai roti Mesir sajakku, selepas
    malam tak bisa kau memakannya
    Makanlah ia selagi segar,
    sebelum debu pun melingkupinya

    Apa yang dimaksud “roti Mesir” atau “nan-e mesr” seperti tertera di baris pertama puisi Masnawi karya Jalaluddin Rumi (lahir 1207 di Vakhsh-Tajikistan dan wafat 1273 di Konya-Turki) di atas?

    Namun, sebelumnya saya akan menjelaskan lebih dulu bahwa kutipan bait puisi di atas diambil dari kumpulan puisi yang berjudul “Masnawi”. Di dunia, termasuk juga di Indonesia, puisi-puisi di dalam Masnawi karya Rumi adalah puisi-puisi yang sangat terkenal. Masnawi telah diterjemahkan ke dalam lebih dari 30 bahasa dan diapresiasi dengan sangat baik oleh kalangan kritikus sastra, para sufi dan pelaku spiritual, termasuk para ilmuwan. Buku ini terdiri dari enam jilid (bahkan ada para ahli yang menyatakan terdapat jilid ke-7). Enam jilid Masnawi berisi sekitar 25.000 bait atau 50.000 baris. Di samping sebagai teks sastra, Masnawi sesungguhnya adalah satu teks spiritual yang mengajarkan para sufi bagaimana melangkah ke tujuan mereka, “Tanah Terjanji” itu, demi benar-benar jatuh cinta kepada-Nya.

    Judul Masnavi-i Ma’navi (bahasa Parsi) bila diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti “Kuplet Spiritual”. Kuplet adalah bentuk puisi yang terdiri dari dua baris berpasangan, dengan metrum dan rima yang sama, dan menurut para ahli sastra, seperti R. A. Nicholson, Masnawi merupakan bentuk puisi temuan Rumi. Pengaruh bentuk Masnawi di dalam puisi Melayu dapat ditemui pada bentuk puisi “gurindam”, seperti Gurindam Raja Ali Haji misalnya. Jadi, sebenarnya, puisi-puisi Rumi di dalam Masnawi ditulis menggunakan bentuk kuplet atau dua baris berpasangan (silakan lihat teks asli puisi-puisi Masnawi Jilid 1, dalam Bahasa Persia:

    https://archive.org/details/MasnaviManaviMaulanaJalaluddinRumiVol1.

    Secara tematik Masnawi adalah kumpulan anekdot dan cerita puitis yang berasal dari Al-Quran, hadis, atau kehidupan sehari-hari. Tema-tema di dalam Masnawi dinarasikan untuk menggambarkan satu soal yang kemudian diuraikan secara mendalam. Masnawi menggabungkan berbagai kearifan Islam, tetapi terutama berfokus pada penekanan tafsir sufistik. Berbeda dengan Diwan Samshi Tabriz (kumpulan puisi lirik Rumi yang berisi lebih dari 40.000 bait, ditulis dalam bahasa Persia Baru, yang menggunakan berbagai bentuk puisi seperti ode, gazal, kuatrin, dan lainnya), puisi-puisi di dalam Masnawi adalah teks yang relatif “Apollonian” atau “sadar”. Masnawi menjelaskan berbagai dimensi kehidupan spiritual dan praktik tarekat bagi murid sufi atau siapa saja yang ingin merenungkan makna terdalam kehidupan. Jadi, ini bukanlah buku puisi murni sebagai ekspresi lirik, tetapi sebagai buku puisi didaktik yang menjadi penuntun bagi para murid Rumi dan pejalan spiritual lainnya dalam melangkah di jalan Tuhan.

    Bersambung ke halaman selanjutnya –>

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here