More

    Mahasiswa Bandung Bedah “Agama Pekerja Seks”

    DIskusi Diskusi “Agama Pelacur” Berupaya Membongkar Stigma Pekerja Seks di KaKa Cafe, Bandung, Rabu, (28/11/2018). Foto. Istimewa

    BANDUNG, KabarKampus – Pekerja seks kerap mendapatkan stigma sebagai individu tidak bermoral. Namun, buku “Agama Pelacur” menunjukkan bahwa pekerja seks memiliki aspek-aspek relijiusitas di dalam kehidupan pribadinya.

    Itulah pembahasan yang mengemuka dalam diskusi buku “Agama Pelacur” di Kaka Cafe, Rabu (28/11/2018) sore. Sekitar 30 mahasiswa peserta mendiskusikan buku karya guru besar sosiologi IAIN Surabaya, Nur Syam ini. Buku yang diterbitkan tahun 2010 ini menggunakan pisau dramaturgi untuk menggambarkan fenomena keberagamaan dalam dunia prostitusi.

    “Ternyata realitasnya dunia pelacuran juga memiliki ruang agama yang khas, berada di panggung belakang yang tersembunyi tetapi tetap dalam kesadaran yang hakiki,” ujar Dudung Abdurrahman, dosen Universitas Islam Bandung (Unisba) yang memantik diskusi lewat pemaparan isi buku.

    - Advertisement -

    Dia menambahkan, metode dramaturgi merupakan pendekatan baru untuk menggambarkan keberagamaan di kalangan pekerja seks. Sebab selama ini isu prostitusi kerap didekati dari kaca mata moral saja atau isu gender saja.

    Sementara itu, Ira Imelda dari Women’s Crisis Center, mengungkapkan perempuan pekerja seks tetap memiliki unsur spiritualitas. Orang yang paling butuh dokter adalah yang paling sakit. Orang yang paling butuh pengampunan adalah orang yang merasa paling berdosa.

    “Bukankah itu bentuk spiritualitas yang tinggi?” jelasnya.

    Ira menjelaskan, perempuan masuk dunia prostitusi karena ditekan secara struktural dan kultural. Di dalamnya, perempuan tetap ditekan secara ekonomi oleh mucikari dan pihak-pihak lain.

    “Seorang pekerja seks misalnya mendapatkan 125 ribu Rupiah, dipotong mucikarinya 60 ribu, penjaga keamanan, Ketua RT, dan bahkan aparat pemerintah,” jelasnya yang menulis tesis terkait spiritualitas pekerja seks ini.

    Diskusi bedah buku “Agama Pelacur” merupakan rangkaian acara Bandung Lautan Damai 2018. Acara yang digelar diantaranya diskusi buku “Ada Aku di antara Indonesia dan Tionghoa”, nonton film “Dough”, pameran komik, dan festival keberagaman.

    Balad digelar sebagai upaya mempromosikan toleransi dan keberagaman di Bandung Raya lewat kampanye kreatif dan edukatif, mulai Hari Toleransi (16/11) sampai Hari HAM (10/12). Aliansi Balad 2018 terdiri atas 17 lembaga swadaya yaitu ; Jakatarub (Jaringan Kerja Antarumat Beragama), Setara Institute, Askara, Layar Kita, GKI, GKP, The Rahmatan Lil Alamiin Center, SfCG, JAJ, PKKP UK. Maranatha, Sapa Institute, Perpustakaan Idea (BCH), Bengkimut (dongeng), MAKIN, FLADS, Kabar Kampus, MKAA.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here