More

    Gara-gara Cerpen, Kepengurusan Persma “Suara USU” Dibubarkan

    Ilustrasi Suara USU

    MEDAN, KabarKampus – Rektorat Universitas Sumatera Utara (USU) membubarkan kepengurusan Pers Mahasiswa Suara USU. Keputusan ini disampaikan Rektorat USU, pasca bertemu dengan para pengurus Suara USU di kantor Rektorat, Senin kemarin, (25/03/2019)

    Yael Stefany, Pemimpin Umum Suara USU mengatakan, Runtung Sitepo, Rektor USU telah mengambil keputusan membubarkan para pengurus Suara USU tahun 2019. Keputusan itu diambil setelah para pengurus bertemu dengan Rektor kemarin.

    “Mereka panggil kami kemarin untuk tanya tujuan kami soal cerpen itu. Mereka bilang cerpen-cerpen kami banyak tentang pornografi dan LGBT. Namun kami keukueh dengan pendirian, bahwa cerpen yang kami buat bukan pornografi dan tidak mengampanyekan LGBT,” kata Yael Stefani kepada KabarKampus, Selasa, (26/03/2019)

    - Advertisement -

    Kemudian, kata Yael, dalam pertemuan itu, Rektor memutuskan membubarkan para penurus Suara USU. Namun Rektor tidak menutup Lembaga Pers Mahasiswa Suara USU.

    “Dalam pertemuan itu Rektor menyuruh kami balik lagi ke mata kuliah. Dia juga bilang, sayang kalau Suara USU ditutup, karena telah banyak menghasilkan jurnalis hebat. Rektor pun memutuskan hanya mengeluarkan pengurusnya saja,” ungkap Yael menceritakan pertemuan dengan Rektor bersama Wakil Rektor, Staf Ahli berserta Pembina Suara USU.

    Selanjutnya, Rektor berencana untuk merekrut pengurus baru Suara USU. Rektor juga memberi waktu selama dua hari bagi Yael dan pengurus yang berjumlah 18 orang untuk mengosongkan sekretariat.

    Sikap Pengurus

    Bagi Yael yang mewakili pengurus USU lainnya, keputusan Rektor tersebut adalah sikap yang lebay. Hanya gara-gara Cerpen, kepengurusan Pers Mahasiswa dibubarkan.

    Padahal, tambahnya, seluruh berita maupun isi yang ada di laman Suara USU telah memalui proses seleksi dari editor atau redaksi. Bila konten tersebut dirasa pantas, akan mereka naikkan, begitu juga sebaliknya.

    “Oleh karena itu hari ini, kami membuat diskusi terbuka untuk menganalisis cerpen tersebut dan menganalisis kebebasan berekspresi pers mahasiswa. Kami telah mengundang sastrawan, ahli bahasa, dosen, mahasiswa yang pro dan kontra serta rektorat. Agar nanti jelas, apakah Cerpen kami benar-benar mengandung pornografi atau LGBT?,” terang Yael.

    Untuk sementara ini, Yael dan teman akan membereskan dan mengosongkan sekretariat. Mereka juga tengah mengarsipkan seluruh konten di laman, sekaligus menyiapkan strategi melakukan pembelaan diri.[]

     

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here