More

    Menjadi Pancasilais di Era Mega Data Global?

    Persaingan ‘Ideologi’ Abad Ini: Industri 4.0 Jerman dan Masyarakat 5.0 Jepang

    Aziyati Yusoff dalam sebuah artikel berjudul “Industry 4.0 vs Society 5.0” yang ditulisnya pada 31 Agustus sampai 2 September 2018, membandingkan antara produk pemikiran Jerman dan Jepang tersebut. Dalam hal kesamaan, Yusoff menuliskan bahwa: (1) keduanya memiliki tema Internet untuk Segala, Kecerdasan Buatan, Mesin Cerdas, Manajemen Pengetahuan, dan Jaringan Cerdas untuk mewakili konektivitas kerja mereka; (2) keduanya menekankan pada bagaimana orang berkomunikasi dengan mesin dan orang lainnya melalui Mesin Cerdas yang tersedia; (3) keduanya memiliki kekuatan melakukan multitugas melalui berbagai jenis platform otomasi media dan komputasi; (4) keduanya menekankan pada permintaan pekerjaan di era ini karena tidak ada lagi satu pekerjaan per orang per jam kerja, tetapi selalu berjalan dengan proses lain atau sebagai media untuk prosedur lain; (5) keduanya menekankan pada pergerakan bebas dari satu proses ke proses lainnya dan lebih sedikit protokol diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan; (6) keduanya mempromosikan rekayasa keberlanjutan di tengah progresifitas teknologi yang cenderung material dengan memastikan pelestarian alam dan ekologi masih dalam kondisi terbaiknya.

    Sebaliknya, Yusoff mencatat, mungkin perbedaan yang bisa diamati dari keduanya adalah: (1) Industri 4.0 menekankan pada bagaimana membiarkan pekerjaan dilakukan, sedangkan Masyarakat 5.0 menekankan pada bagaimana mengoptimalkan tanggung jawab sekumpulan orang untuk menyelesaikan pekerjaan. (2) Industri 4.0 menyoroti efektivitas penggunaan otomasi mesin. Sedangkan sebagai Masyarakat 5.0 menyoroti efektivitas mengoptimalkan pekerja pengetahuan dengan bantuan mesin cerdas. (3) Industri 4.0 adalah tentang komunikasi yang terkomputerisasi dengan segala cara sedangkan Masyarakat 5.0 dimaksudkan untuk harmonisasi pekerjaan dengan bantuan mesin cerdas untuk kepentingan pekerja.

    Meskipun demikian, Yusoff menyimpulkan bahwa kesamaan mereka mengalahkan perbedaan yang keduanya mengoptimalkan penggunaan mesin, jaringan, dan kecerdasan komputasi dalam etika kerja mereka. Paling penting, nilai-nilai eksentrik kedua revolusi dapat dilihat bahwa cita – cita itu dijalankan, dan budaya kerja tertanam pada masyarakat Jerman dan Jepang yang telah mampu mendefinisikan pilar perbedaan mereka. Melanjutkan gagasan Yusoff tersebut, bagaimana kita, masyarakat Indonesia, mampu mendefinisikan karakter, mengoptimalkan pemanfaatan teknologi, sekaligus menanamkan bekerja dan bertanggungjawab sebagai budaya dalam kehidupan sosial bersama kita?

    - Advertisement -
    Ilustrasi foto : shutterstock

    Refleksi Historis Perkembangan Masyarakat dan Sikap Kita?

    Dalam berbagai bentuk sosialisasi tentang Masyarakat 5.0 oleh Pemerintah Jepang, dijelaskan tentang Jalan Menuju Masyarakat 5.0. Jalan yang dimaksud adalah tahapan-tahapan perkembangan masyarakat, (1) Masyarakat 1.0 adalah Masyarakat Pemburu dan Peramu; (2) Masyarakat 2.0 adalah Masyarakat Agraris; (3) Masyarakat 3.0 adalah Masyarakat Industri; (4) Masyarakat 4.0 adalah Masyarakat Informasi; dan (5) Masyarakat 5.0 adalah Masyarakat Mega Data.

    Masyarakat 5.0, menurut Pemerintah Jepang, adalah penciptaan masyarakat di mana kita dapat menyelesaikan berbagai tantangan sosial dengan memasukkan inovasi revolusi industri keempat. Membuat kehidupan orang lebih berkesesuaian dan berkelanjutan, Masyarakat Super Cerdas di mana Negara Jepang akan memimpin kesadaran ini ke depan di seluruh penjuru dunia. Mungkin, kepercayaan diri Negara Jepang ini dapat kita pahami dengan mempelajari kemajuan di berbagai sektor atau bidang kehidupan masyarakatnya. Meskipun tentu saja, kita juga dapat memahami kekurangan bahkan kelemahan masyarakat dan Negara Jepang dari berbagai literatur dan pergaulan langsung dengan mereka dalam keseharian.

    Apakah kampanye yang dilakukan Pemerintah Jepang dalam sosialisasi Masyarakat 5.0 secara global itu (1) mendatangkan kekhawatiran dan ancaman kedaulatan, (2) memberikan kesempatan dan peluang kemajuan, atau (3) mengakumulasikan ketidakpedulian terhadap dinamika global di dunia bagi kita? Untuk menentukan sikap kita, maka perlu untuk merefleksikan diri kita sebagai negara-bangsa sekaligus Negara-bangsa Jepang secara historis.

    Dalam konteks menjadi negara-bangsa modern, Indonesia dan Jepang mengalami perjalanan ‘nasib’ yang berbeda. Meskipun mungkin juga ada kesamaan pada titik tertentu. Indonesia adalah negara-bangsa modern yang lahir dari kebangkitan di atas kehancuran akibat kolonialisasi atau penjajahan melalui proklamasi kemerdekaan setelah perjuangan panjang berabad lamanya. Sedangkan Jepang adalah negara-bangsa modern yang lahir dari dialektika mereka sendiri dengan pihak luar atau negara-bangsa lainnya sejak era kekaisaran, meskipun sempat menjadi penjajah atau colonizer bahkan salah satu penjajah Indonesia, namun juga mengalami kekalahan perang dan kehancuran pada Perang Dunia II.

    Nah, apakah kemudian kita mampu melihat realitas potensial ketika ke depan Jepang memimpin dunia dengan ‘ideologi’ Masyarakat 5.0-nya meskipun realitas aktual-nya saat ini Jepang memang mampu menjadi salah satu kekuatan yang cukup berpengaruh di dunia? Meskipun tentu belum sekuat Amerika Serikat, China, dan Rusia, namun Jepang mungkin juga seperti Jerman dan Iran yang tidak bisa diremehkan kekuatan mereka. Apakah kita ingat sejarah kepemimpinan Jepang dan Jerman?

    Bersambung ke halaman selanjutnya –>

    - Advertisement -

    2 COMMENTS

    1. Saya seneng sekali bacanya, walaupun panjang dan agak lama juga,, tapi lebih lama lagi saya gugling arti kata2 yang saya gak tau di atas, banyak banget… udah nemu arti katanya, giliran kalimat2 nya yg tambah ga bisa saya fahami,, itu tandanya Otak Saya belum nyampe untuk baca apalagi bicara… Thanks udah menambah wawasan dan pengetahuan saya…

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here