More

    Pengusaha Uji Kemamapuan “Pitching” Mahasiswa Binus Bandung

    Presentasi Bisnis atau Pitching adalah bagian penting dalam keberhasilan bisnis seorang entrepreneur. Namun terkadang, entrepreneur gagal melakukan pitching, bukan karena bisnisnya kurang menarik dan tidak potensial, namun kurang mampu melakukan pitching yang tepat.

    Seorang mahasiswa presentasi di depan para pengusaha di kampus Binus Bandung, Jumat, (19/07/2019).

    Untuk mendorong agar mahasiswa dapat melakukan pitch dengan baik, Program Studi Creativepreneur BINUS @Bandung mengadakan acara Investor Pitching untuk para BINUSIAN 2021 yang berlangsung di Kampus Binus Bandung, Jumat, (19/07/2019). Dalam acara ini para mahasiswa membuat pameran produk dan presentasi bisnis di depan para pengusaha di Kota Bandung.

    Ada sekitar 20 ragam usaha yang dipamerkan dan dipresentasikan mahasiswa di depan para pengusaha. Mulai dari bisnis pengolahan limbah plastik menjadi biji plastik, bisnis pembuatan sepatu casual, serta kaos dengan desain yang sedang “hype”. Selain itu terdapat sejumlah bisnis di bidang IT, seperti aplikasi penyedia jasa pembantu rumah tangga, aplikasi penyedia resep makanan serta bahan-bahannya, dan aplikasi jasa angkut pindah rumah.

    Rudi Ardianto, Kepala Jurusan Creativepreneur Binus Bandung menjelaskan, pitching adalah salah satu rangkaian program studi creativepreneur di Binus Bandung. Kegiatan ini menghubungkan mahasiswa dengan pengusaha, agar mahasiswa mendapat feedback mendapatkan fresh capital dari para pengusaha.

    - Advertisement -

    “Paling tidak mahasiswa mendapat inside, karena mereka baru belajar dan prototype-nya ada,” terang Rudi kepada KabarKampus.

    Rudi mengungkapkan, para pengusaha yang diundang berasal dari bidang Creative Industry, Fashion, Kuliner, Craft, dan Konsultan. Selain itu hadir juga para pengusaha di bidang IT, karena banyak mahasiswa Binus Bandung yang membuat aplikasi.

    Namun lanjut Rudi, dalam kegiatan ini bukan para mahasiswa saja yang mendapatkan inside dari pengusaha. Para pengusaha juga bisa mendapatkan ide baru dan segar untuk bisa meng-cover produk zaman sekarang dari mahasiswa.

    “Dari para mahasiswa pengusaha itu bisa juga melihat produk dan bisnis masa depan,” ungkapnya.

    Menurut Rudi, adanya kegiatan pitching ini salah satunya untuk mengukur, seberapa bertahan bisnis yang digagas mahasiswa. Karena salah satu syarat kelulusan mahasiswa Creativepreneur Binus Bandung adalah bisnis mereka bisa bertahan hingga tujuh bulan.

    Bisnis Mahasiswa

    Mahasiswa Binus Bandung menunjukkan paket resep dan bahan yang mereka jual dalam aplikasi KuCook.

    Salah satu tim mahasiswa yang ikut mempresentasikan ide bisnisnya adalah tim KuCook. KuCook merupakan aplikasi resep digital yang menyediakan bahan masakan dari resep tersebut.

    Aplikasi KuCook dibuat oleh Fania Meryl Hartawan, Florika Janice Hana, dan Levina Nathania Wiguna. Aplikasi yang mereka buat menyediakan resep dan bahan makanan pembuka alias appetizer, makanan utama seperti sayuran, daging atau ayam, makanan laut, serta makanan penutup alias dessert.

    “Aplikasi ini kami buat karena banyaknya wanita karir dan ibu rumah tangga yang tidak memiliki waktu memasak untuk keluarganya,” ungkap Fania.

    Fania menjelaskan, ide bisnis KuCook datang saat dirinya menonton acara masak di televisi. Namun saat ingin mencobanya, bahannya tidak ada. Sementara, ia tidak tahu membelinya di mana dan malas ke pasar.

    Sehingga lanjut Fania target usaha mereka ini adalah ibu rumah tangga yang ingin masak buat anaknya. Oleh karena itu porsi yang mereka siapkan adalah buat tiga orang.

    Mahasiswa Binus Bandung menunjukkan cacahan sampah plastik.

    Selain aplikasi resep makanan, ide usaha yang tak kalah menariknya juga dipresentasikan oleh Bagus dan Vincent. Keduanya mengagas Grunstein Indonesia, yakni sebuah usaha mengolah sampah plastik menjadi bernilai.

    Keduanya mengumpulkan sampah plastik dan mencacahnya menjadi bagian kecil-kecil. Kemudian menjualnya kepada pembeli atau perusahaan.

    “Jadi kami berupaya bagaimana mengubah sampah yang jadi sumber bencana menjadi sumber uang,” kata Bagus.

    Grustain Indonesia adalah bentuk kepedulian Bagus dan Vincent terhadap lingkungan. Pada awalnya mereka mengolah sampah yang mereka buang sendiri dan mengumpulkan sampah yang ada di kampus Binus.

    “Yang mengagetkan semua yang kita kumpulkan dari yang kita pakai sendiri sudah puluhan kilo,” tambah Bagus.

    Bagi Bagus selama ada manusia di sana pasti ada sampah. Sehingga bisnis sampah akan menjadi prospek bisnis yang bagus ke depan.

    “Namun ungkap bagus bisnis sampah ini membutuhkan kerjsama dengan banyak pihak. Mereka butuh kesadaran masyarakat untuk mengumpulkan sampah,” terang Bagus

    Ke depan lanjut Bagus dan Vincent  mereka ingin memberdayakan masyarakat hingga ke level pemulung. Selain itu tidak hanya mengolah sampah plastik namun juga sampah organik.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here