More

    Aksi Mahasiswa Papua di Bandung Dikawal Ketat Aparat Kepolisian

    Aksi mahasiswa Papua di Jalan Asia Afrika.

    BANDUNG, KabarKampus – Sekitar 100 mahasiswa Papua di Bandung kembali mengelar aksi demontrasi solitaritas anti rasisme terhadap mahasiswa Papua. Dalam aksi kali ini mereka melakukan longmarch dari Asrama Papua di kawasan Cilaki menuju Gedung Merdeka di jalan Asia Afrika, Bandung, Selasa, (27/08/2019).

    Sebelumnya, para mahasiswa, berencana menggelar aksi di depan Kodam III Siliwangi di Jalan Aceh. Namun pada sekitar 500 meter dari kantor Kodam III Siliwangi di Jalan Aceh, mereka dihadang aparat Kepolisian.

    Para mahasiswa yang tergabung ke dalam Mahasiswa Anti Rasisme, Kapitalisme, Kolonialisme dan Militerisme ini pun kemudian bertahan di persimpangan jalan antara Jalan Aceh dan Jalan Merdeka. Sambil bernegosiasi dengan aparat kemananan, mereka pun melakukan orasi, menari dan sebagainya. Sementara itu pihak Kepolisian memblokir akses jalan yang melewati lokasi aksi.

    Dalam aksi ini sebagian peserta aksi mengecat tubuhnya dengan simbol bendera bintang kejora, mulai dari wajah, hingga seluruh badan. Beberapa di antara mereka ada yang menggunakan koteka.

    - Advertisement -

    Setelah dua jam berlalu di simpang jalan Merdeka, Polisi tetap melarang mahasiswa untuk menggelar aksi dekat dengan Kantor Kodam III Siliwangi. Para mahasiswa selanjutnya memutuskan untuk ke Gedung Merdeka di Jalan Asia Afrika. Mereka pun kemudian menerobos barisan polisi yang menghadang mahasiswa, tanpa ada perlawanan dari aparat.

    Kemudian longmarch dilanjutkan dengan melewati Jalan Merdeka, Jalan Braga, hingga Jalan Asia Afrika. Mereka juga sempat dihadang di depan Polrestabes di Jalan Merdeka, namun setelah bernegosiasi, mereka diperbolehkan kembali longmarch menuju Gedung Merdeka. Selama longmarch berlangsung, polisi terus melakukan pengawalan dan memblokade kendaraan yang menuju lokasi longmarch dan lokasi demonstrasi hingga jalan Asia Afrika.

    Aksi ini ditenggarai pengepungan asrama mahasiswa Papua di Surabaya pada Sabtu, 16 Agustus 2019. Dalam peristiwa tersebut, mahasiswa Papua diteriaki monyet dan kata-kata kasar lainnya. Sebelumnya hal serupa terjadi di Malang. Mahasiswa Papua di Malang diserang Ormas pada saat melakukan aksi demonstrasi pada 15 Agustus 2019.

    Roberto Rumpumbo, salah satu perserta aksi dalam orasinya mengatakan, mereka ingin aksi Kodam III Siliwangi, karena merupakan cerminan militerisme. Cerminan aparat Negara yang melakukan penjajahan di West Papua.

    “Namun aksi kami dihadang aparat Kepolisian, dengan alasan harus aksi di radius 500 meter dari Kodam Siliwangi,” ungkap Roberto.

    Roberto mengungkapkan, apa yang terjadi akhir-akhir ini merupakan titik toleransi yang tidak bisa ditolerir atas caci maki selama puluhan tahun terhadap masyarakat Papua. Masyarakat Papua merasakan ketidaknyamanan di lokasi-lokasi studi di Indonesia. Begitu pun di Papua sediri.

    “Kebebasan berekspresi Masyarakat Papua di kekang, hak atas komunikasi dan informasi juga dibatasi. Belum lagi penangkapan terhadap aksi-aksi damai yang dilakukan oleh masyarakat Papua,” ungkapnya.

    Bagi Roberto, yang luput dipahami publik adalah wajah rasialisme kepada orang Papua berakar pada kolonialisme dan militerisme. Sehingga solusi terbaiknya adalah referendum.

    Aksi yang berlangsung dari pukul 11.30 hingga pukul 16.00 WIB ini mendapat penjagaan ketat polisi. Aksi berlangsung damai hingga mahasiswa kembali longmarch ke Asrama Papua.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here