More

    “Luka” Anak-anak Taman Sari Bandung

    BANDUNG, KabarKampus – Wimala (9 tahun), tak kuasa menahan tangis, saat menyaksikan barang-barang di dalam rumahnya dikeluarkan paksa Satuan Pamong Praja (Satpol) Pemkot Bandung. Ia menyaksikan peristiwa itu, ketika pulang dari Sekolah menuju rumahnya di kawasan RW 11 Taman Sari Kota Bandung, Kamis, (12/12/2019).

    Wimala atau biasa disapa Iwim adalah siswa SD kelas 4 di Mathla’ul Khoeriyah Taman Sari, Bandung. Ia hari itu pulang lebih cepat, karena baru saja menyelesaikan ujian tengah semester di sekolahnya. Namun rupanya, hari itu adalah sarapan pagi terakhir di rumahnya sebelum berangkat sekolah.

    “Rumah aku yang pertama diambilin barangnya oleh Satpol PP. Pagi setelah Iwim berangkat sekolah aku sama suami sengaja keluar dari rumah, karena banyak sekali Satpol PP dan Kepolisian. Namun tiba-tiba barang-barang di rumah dibawa ke truk dan Taman Film,” kata Silvia Indriani, Ibu Wimala.

    - Advertisement -

    Namun tiba-tiba, saat pemindahan paksa barang miliknya, Iwim sudah pulang sekolah. Anak pertamanya tersebut pulang sambil menangis dan mengatakan rumah, rumah, rumah.

    Pemindahan barang paksa milik keluarga Iwim itu juga disaksikan langsung oleh Azam (5 tahun) adik Iwim. Tapi ketika itu Azam hanya diam.

    Tak hanya Iwim dan Azam yang menyaksikan penggusuran paksa rumah mereka hari itu, ada anak-anak lainnya ikut menyaksikan dan ikut menangis.

    Tapi hari itu kesedihan Iwim tidak hanya pada pemindahan paksa isi rumahnya. Ia juga menyaksikan lemparan batu dan tembakan gas air mata menghujani kawasan tempat tinggalnya.

    Sore itu, saling lempat batu antara warga dan Satpol PP tak terelakkan, karena warga berusaha mempertahankan tempat tinggal mereka. Sementara Satpol PP dan Polisi ingin menghancurkan rumah-rumah di kawasan tersebut.

    Setelah menembakkan gas air mata, kemudian ratusan polisi meraksek masuk di lokasi yang akan digusur. Polisi menyerang warga dan memukuli warga. Termasuk Ajo, ayah Iwim ikut menjadi korban keberingasan Polisi.

    Saat polisi mengejar warga, Ajo mencoba melarikan diri ke kawasan pertokoan yang tak jauh dari lokasi. Namun belum sempat menyelamatkan diri, ia sudah dikeroyok dan dihajar dengan pentungan oleh Polisi. Wajah Ajo hari itu babak belur dan mengeluarkan darah yang banyak.

    Sore itu ketegangan di kawasan Taman Sari Kota Bandung mulai mereda. Ajo dalam kondisi babak belur menemui istri dan anaknya. Iwim pun hanya bisa memandang wajah ayahnya dan memeluknya.

    Di Pengungsian

    Senin, 16 Desember 2019, Iwim dan kedua temannya sibuk bermain di dalam masjid tempat ia dan keluarganya mengungsi. Sore itu, ia berlari ke sana-kemarin bersama temannya di dalam masjid. Kemudian mengambil alat buku gambar berserta alat tulis dari sumbangan warga dan membawanya ke dalam masjid.

    Silvia, Ibu Iwim mengaku, senang Iwim sudah bisa ceria kembali dan bermain dengan teman-temannya. Sebelumnya, ia tidak mau main dan tidak mau lagi tinggal di kawasan Taman Sari.

    Namun Silvia masih belum memperbolehkan anaknya tersebut masuk sekolah. Selain seragam Iwim hilang pada saat barang-barang mereka dipindahkan Satpol PP, Silvia juga tak ingin Iwim mendapat pertanyaan dari teman-temannya di sekolah tentang rumahnya yang dihancurkan Satpol PP.

    “Seragam sekolah Iwim berbeda dengan sekolah lain. Baju seragamnya itu hilang entah kemana. Jadi dia ngga usah sekolah dulu. Selain itu, kalau Iwim  sekolah akan kasihan juga, karena takut ada pertanyaan dari temannya soal kejadian ini. Nanti saja sekolah sampai temannya lupa tentang kejadian ini,” kata Silvia.

    Sementara itu lanjut Silvi, anaknya Azam, pasca penggusuran paksa lebih berani. Azam bisa cerita ke orang-orang kalau rumahnya dirusak dan bisa cerita terkena gas air mata.

    “Azam lebih agresif sekarang. Ia pernah tau-tau ada di lokasi bongkaran sendirian,” ungkap Silvia.

    Anak-anak korban penggusuran Taman Sari Bandung bermain di dalam masjid Al Islam, Taman Sari Bandung, Senin, (16/12/2019). Dok. Fauzan

    Nasib Anak-anak RW 11 Taman Sari

    Salah satu anak korban penggusuran lainnya adalah Annisa (10 tahun). Sama seperti Iwim, Anissa juga menyaksikan langsung barang-barangnya dikeluarkan paksa dari rumah oleh Satpol PP.

    Juju Juangsi, Ibu Anissa mengaku, ketika peristiwa penggusuran, anaknya menangis ketakutan. Ketika itu Annisa menangis ketakutan bersama temannya Tiara di lokasi penggusuran.

    “Dia Sama Tiara nangis ketakutan di lokasi,” ungkap Juju di lokasi pengungsian menceritakan anaknya.

    Namun beruntung, kata Juju pakaian mereka sempat terselamatkan. Termasuk pakaian Sekolah Anissa. Sehingga nanti Anissa ketika sekolah tidak perlu mencari baju baru.

    Juju mengaku, ia ingin tetap menyekolahkan sekolah anaknya di SD di kawasan Wastukencana yang tak jauh dari rumahnya. Karena sehari-hari, ia bekerja sebagai penjual kopi dan indomie di kawasan Balubur.

    Oleh karena itu, Juju enggan dipindahkan oleh Pemerntah Kota Bandung ke Rusunawa Rancacili yang lokasinya berjarak sekitar 15 Kilometer dari tempat kerjanya bersama suami.

    “Ongkosnya terlalu besar di sana. Karena kejauhan. Kami ngga sanggup harus keluar ongkos yang besar untuk transportasi,” ungkapnya.

    Anak-anak Harus Mendapat Perhatian Lebih

    Ben Satriatna, pegiat Kalyana Mandira yang juga bagian dari Barisan Rakyat Untuk Hak Asasi Manusia Bandung (BARA HAMBA) menilai akibat penggusuran kemarin ada sekitar 20 anak-anak menjadi korban. Mereka adalah korban yang perlu mendapat banyak perhatian.

    “Meskipun momen penggusuran ini adalah masa liburan anak sekolah, namun yang tidak boleh dilupakan adalah trauma saat terjadi kekerasan di rumah mereka,” ungkap Ben.

    Selain itu lanjut Ben, yang tidak boleh dilupakan juga adalah kelanjutan sekolah mereka. Apalagi pada semester tengah pelajaran ini tidak mudah mendapatkan sekolah baru.

    “Solusi untuk anak-anak ini belum terpikirkan sebelumnya oleh pemerintah,” ungkap Ben.

    Oleh karena itu, kenapa mereka sangat mengecam penggusuran paksa tersebut, karena anak-anak banyak menjadi korban. Mereka kehilangan hak belajar dan terpaksa menyaksikan kekerasan di depan mata.

    Penggusuran di RW 11 Taman Sari Bandung telah mengakibatkan hilangnya tempat tinggal 33 Kepala Keluarga. Diantara korban tersebut adalah anak-anak dan lanjut usia. Saat ini sebagian warga bertahan di Masjid Al Islam Taman Sari, Bandung.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here