More

    Usia 30-an Bisa Kena Stroke

    Imanha

    BANDUNG, KabarKampus – Pasien stroke cenderung meningkat tiap tahunnya. Usia pasien pun tidak hanya 50 tahun ke atas atau para orang tua. Pasien dengan 50 tahun ke bawah pun sudah banyak yang kena penyakit penyumbatan pembuluh darah ini.

    - Advertisement -

    Sebagai gambaran, bisa dilihat dari jumlah pasien stroke di Jawa Barat yang mendapat penanganan di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung. Di rumah sakit rujukan se-Jabar ini, tiap tahunnya jumlah pasien stroke mencapai 500 pasien, atau rata-rata 40 orang per bulannya.

    Kepala Subdivisi Cerebrovaskular Disease (Stroke) Departemen Neurologi RSHS/Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad), dr Lisda Amalia Sp.S (K) bilang, jumlah tersebut tidak pernah bergeser setiap tahunnya.

    “Itu baru di Hasan Sadikin. Saya mengasumsikan Hasan Sadikin itu rujukan se-Jawa Barat. Jadi memang terus terang (pasien stroke) makin tinggi sekarang ini,” kata Lisda, saat dihubungi baru-baru ini.

    Menurutnya, stroke merupakan penyakit yang menempti posisi penyebab kecacatan pertama di dunia, dan penyebab kematian nomor tiga di dunia setelah jantung dan kanker.

    Tingginya jumlah pasien stroke tak lepas dari perubahan gaya hidup khususnya pola makan. Jika di masa lalu, orang cenderung makan makanan alami, kini mereka lebih memilih fast food atau makanan instan lainnya.

    “Pola hidup kita mengubah stroke yang tadinya menyerang usia 60 tahun ke atas, bergeser proporsinya ke 40-an, bahkan 30-an itu bisa kena stroke, karena pola hidup,” terang Lisda Amalia.

    Makanan tinggi lemak seperti fast food, gorengan, ditambah dengan minimnya olahraga membuat kadar lemak jahat terus tertimbun di dalam tubuh. Belum lagi tingginya faktor yang menambah stres di era sekarang ini semakin mendorong terjadinya stroke. “Kondisi seperti itu yang membuat stroke menjadi menyerang usia lebih muda,” sebutnya.

    Ia menambahkan, pasien stroke ditangani bagian saraf. Menurutnya, jumlah pasien stroke di bagian saraf RSHS terbanyak di antara jumlah pasien yang dilayani di bagian pelayanan yang ada.

    Pasien yang dirujuk dalam kondisi beragam. “Variasi, ada yang parah, ada yang ringan-ringan saja. Ada yang penuh kesadaran, bicara tak jelas, ada yang lupa hingga hilang ingatan sesaat, lumpuh separuh badan, kejang, dan lain-lain,” bebernya.

    Stroke menurut Lisda ialah penyakit di mana berkurangnya aliran darah ke otak yang terjadi karena peyumbatan dan pendarahan. Jadi, penyakit  strok adalah kelainan atau masalah di otak. Otak merupakan pengatur semua aktivitas tubuh mulai dari gerakan, perasa, memori, kesadaran, dan lain-lain.

    Otak diibaratkan jenderalnya di dalam tubuh. Jika jenderalnya bermasalah, Lisda bilang, maka tentara-tentaranya pun tidak bisa menjalankan perintah. Contohnya, terjadi kelumpuhan, kesulitan bicara, dan seterusnya.

    “Sehingga kita harus menghindari jangan sampai bermasalah, kalau sampai terkena stroke yang repot adalah semua aktivitas organ tidak berfungsi dengan baik,” terangnya.

    Penyakit stroke ditandai dengan keluhan yang sifatnya mendadak. Misalnya, secara tiba-tiba sulit menggerakkan anggota tubuh, bicaranya jadi pelo atau tidak jelas, penglihatannya sulit fokus, dan menurunnya kesadaran.

    Kapan gejala-gejala tersebut dinyatakan sebagai stroke? Menurut Lisda, gejala stroke bersifat mendadak. Selanjutnya, pasien memilki penyakit lain pembawa strok, yaitu hipertensi, kolestrol, asam urat, diabetes, dan jantung.

    “Selain mendadak, gejala-gejala tersebut sifatnya menetap lebih dari 24 jam. Jadi kalau ada karakteristik tadi disertai dengan keluhan-keluhan, maka itu definitif stroke,” terang Lisda. []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here