JAKARTA, KabarKampus – Sabtu, 23 Juli 2022 BelajarPolitik menyelenggarakan webinar bertema “Polemik Partai Mahasiswa Indonesia di Tengah Polarisasi Narasi dan Aksi” yang langsung dihadiri oleh Ketua umum Partai tersebut, Eko Pratama dan ditanggapi secara kritis oleh salah seorang anggota Serikat Mahasiswa Progresif UI, Azmi.
Webinar ini merupakan salah satu upaya dari BelajarPolitik untuk menjadi platform digital yang berfokus pada Pendidikan politik sehingga dapat mewujudkan homo politicusyang mengimplementasikan nilai politik sebagaimana konseptual awalnya.
Acara yang berlangsung lebih dari dua jam ini menghadirkan dialektika yang cukup alot antara Pembicara dan penanggap. Eko menjelaskan tujuan dan maksud dari adanya partai Mahasiswa ini ditengah tersegmentasinya narasi serta aksi dari berbagai elemen Mahasiswa Indonesia dewasa ini, “Jadi, bukan untuk menambahkan polarisasi tersebut. Toh, dengan tanpa adanya partai ini, Mahasiswa juga sudah terpolarisasi. Tetapi, Partai Mahasiswa ini dapat menjadi forum bersama”. Hal tersebut kemudian ditanggapi Azmi yang menurutnya, bagaimana menjadi forum bersama, “Ketika bung Eko sendiri dalam hal ini, gagal di BEM Nusantara”.
Lebih lanjut, berkenaan dengan pembiayaan partai yang menjadi polemik selanjutnya dalam pendirian partai ini, dalam penjelasannya Eko Pratama sebagai ketua umum sekaligus pendiri tidak menyangkal jika memang ada sumbangan-sumbangan terhadap partai, “Hal tersebut merupakan hal yang lumrah dan kita realistis saja. Toh, dalam Anggaran dasar dan rumah tangga partai sendiri hal tersebut diperbolehkan”. Tuturnya
Azmi sebagai pembicara kedua, juga menyoroti persoalan spirit yang dibawa oleh Eko dalam pendirian partainya, menurutnya apa yang diungkapkan Eko layaknya anak SD yang baru masuk kuliah lantas ia pun mempertanyakan tentang sejarah perkembangan Mahasiswa Indonesia yang dijawab Eko dengan menjelaskan pergerakan diawal tahun 1908 yaitu kebangkitan Nasional melalui Budi Utomo, 1928 dengan adanya Sumpah pemuda hingga pergerakan mahasiswa pada 1966. Sontak saja. Hal ini kemudian dipersoalkan oleh Azmi, menurut penuturannya apa yang dijelaskan Ketua umum partai Mahasiswa Indonesia ini menunjukkan bahwa ia tidak paham dengan sejarah pergerakan mahasiswa, moderator kemudian melanjutkan pertanyaannya kepada pembicara pertama, “Jika memang PMI mengilhami spirit Mahasiswa, lantas bagaimana dapat mewakili spirit mahasiswa jika Mas Eko sendiri tidak paham sejarah Gerakan Mahasiswa?” lebih lanjut, pembicara dua pun ikut mempertanyakan tentang spirit Mahasiswa mana yang diwakili?
Dialog yang cukup alot juga terjadi ketika penanggap menyayangkan sikap Eko yang pada awal kemunculan partai ini ia tidak keluar untuk menjelaskan kepada khalayak dan terutama Mahasiswa. Lebih jauh juga, ia mempersoalkan kenapa tidak “duduk bareng” saat pendirian PMI, persoalan lebih lanjutnya adalah tentang kenapa Eko Pratama tidak melakukan hal-hal selayaknya Mahasiswa pada umumnya, yaitu ketika mereka mempunyai suatu gagasan maka dipastikan akan melakukan konsolidasi terhadap pihak-pihak yang dirasa memiliki pengaruh yang cukup kuat, dalam persoalan Gerakan Mahasiswa, diranah media sosial kita tidak lagi asing dengan akun seperti bangmahasiswa, semarui dan lain sebagainya yang notabene dapat dikatakan sebagai representatif Mahasiswa Indonesia, Eko pun menjawab, “Kami melakukan konsolidasi dengan beberapa pihak, tetapi tidak semua”.
Dalam sesi tanya jawab, nampaknya audience masih mempertanyakan tentang urgensi, latar belakang dan gagasan yang dibawa partai ini. Namun, agaknya moderator membatasi hal tersebut yang menurutnya hal tersebut sudah dijelaskan dan menjadi pertanyaan inti dalam webinar tersebut.
Ada beberapa poin penting hasil dialektika pada kemarin malamini, diantaranya: Eko menekankan bahwa politik tidak perlu mahal dan ini merupakan salah satu wujud dari Pendidikan politik yang kudu dilakukan bersama; kedua, Azmi menyoroti sikap Eko dan PMI yang ujug-ujug berdiri tanpa melalui kontruksi yang jelas selayaknya Mahasiswa, padahal mereka mewakili nama Mahasiswa, “Tetapi kami tidak merasa terwakili dengan partai Mahasiswa ini” ungkapnya
Diakhir sesi, Azmi memberikan sebuah pernyataan yang cukup keras berkenaan tentang partai ini, menurut anggota Semar UI ini, “PMI Cacat dan tidak konstruktif”. Meskipun begitu, Eko sendiri menyatakan, “Tentunya kami harus terbuka dengan segala kritik yang ada”. Dialog berkenaan Polemik partai ini memang baru pertama kali dihadiri Eko setelah beberapa waktu ia seolah-olah “menghilang” setelah ia dan partainya menciptakan kegaduhan. Harapannya, semoga tetap ada dialog-dialog yang lebih terbuka dan ilmiah kedepannya sehingga pembelajaran dan Pendidikan politik dapat tersampaikan kepada khalayak ramai, “Dan kami (BelajarPolitik) selalu siap untuk menjadi ruang bersama dialog terbuka dan konstruktif untuk perbaikan perpolitikan dan demokrasi kita ke depannya” jelas Maulana Ihsan, founder BelajarPolitik.