More

    Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) Unand Belajar Budaya Minangkabau

    Oleh: Andrezal*

    Para peserta Pertukaran Mahasiswa Merdeka Unand melakukan foto bersama dengan narasumber setelah kegiatan talkshow (11/09-2022). (Foto: Panitia Talkshow)

    Sebanyak 80 orang dari total 237 orang Mahasiswa dari berbagai kampus di Indonesia yang mengikuti program Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) 2 di Universitas Andalas, pada hari Minggu, 11 September 2022, dimulai dari jam 07.00 – 17.00 mengikuti pembelajaran Modul Nusantara tentang kebhinnekaan. 

    Setelah persiapan yang dilakukan sejak pukul 07.00, mereka diberangkatkan dari Asrama Mahasiswa Unand pada pukul 08.00 menuju lokasi di Sungrilla Outbound & Camp di Lubuk Minturun, Kota Padang. Sesampainya di sana, didampingi oleh para Mahasiswa Unand yang ditugaskan untuk mendampingi mereka, yaitu Shifa Jauzaa Martabaya, Aprilia Nofita, Muhammad Nabil Khaini, dan Darul Islam, mereka langsung diajak bermain di lapangan. 

    - Advertisement -

    Selanjutnya, pada pukul 09.30, para Mahasiswa yang tergabung dalam Kelompok 1 PMM 2 dengan para Dosen Modul Nusantara yaitu Eli Ratni, Yunarti, Bobby Febri Krisdianto, dan Virtuous Setyaka itu diajak untuk mengikuti talkshowtentang Sejarah dan Budaya Minangkabau. Dalam Kelompok 1 tersebut dibagi menjadi 4 grup kecil dengan nama Sapayuang, Pamos Tagok, Tali Tigo Sapilin, dan Cadiak Pandai.

    Talkshow secara keseluruhan dimoderatori oleh Eli Ratni, seorang Dosen Modul Nusantara dalam PMM 2 di Unand yang berasal dari Fakultas Penternakan. Sesi 1 tentang “Membaca Minangkabau” diselenggarakan dengan narasumber Ka’bati, para Mahasiswa diajak untuk belajar melalui pendekatan pencarian dalam literasi diri. Metode yang digunakan adalah mengamati, mengajukan pertanyaan (dengan rumus 5w + 1h), mengkonfirmasi, pengecekan kembali melalui referensi. Proses pembelajaran ini semestinya berlangsung sepanjang hayat. Efek pendekatan ini menurut Yunarti, Dosen Modul Nusantara yang berasal dari Antropologi, FISIP, Unand, berhasil mengaktifkan para peserta. Hal ini juga membangun kesadaran untuk mengaktivasi kemampuan literasi yang tidak hanya teks tapi juga non-teks dengan berpikir deduktif dan induktif.

    Pada sesi 2, Zelfeni Wimra dalam pengantarnya tentang “Membandingkan Minangkabau”, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menggugah para peserta. Pertanyaan pertama adalah, kepada spirit perjuangan kebudayaan seperti apa, empati anda kerahkan? Pertanyaan kedua, dengan mengajak para peserta untuk membayangkan bahwa hidup mereka akan berakhir, maka mereka ingin dikenang seperti apa? Bukan hanya para Mahasiswa, Bobby Febri Krisdianto, seorang Dosen Modul Nusantara yang berasal dari Fakultas Keperawatan Unand, juga sangat bersemangat dan antusias untuk mengikuti sesi-sesi diskusi dalam talkshow tersebut. Melalui dua sesi talkshow ini, harapan yang ingin dicapai adalah bahwa kita semua diajak untuk terus menerus belajar dan menemukan novelty atau kebaruan apa yang mungkin bisa ditemukan dengan membaca dan membandingkan Minangkabau.

    *Penulis adalah Mahasiswa HI, FISIP, Unand.

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here