More

    Mahsa Amini dan Politik Iran vs Amerika Serikat

    Standar Ganda Amerika Serikat dalam Kasus Mahsa Amini

    Amerika Serikat (AS) secara sepihak tanpa bukti menuduh kepolisian Iran telah membunuh Mahsa Amini dan bahkan menjatuhkan sanksi tambahan kepada Iran. Seandainya benar Mahsa Amini adalah korban kekerasan dari polisi Iran, pertanyaanya, mengapa respon pemerintah AS dan media-media Barat sedemikian gencar? Bukankah perempuan korban kekerasan polisi sangat banyak ditemukan di AS sendiri (bahkan dengan bukti yang sangat jelas, berupa video rekaman kejadian kekerasan tersebut)? Sebaliknya, dalam kasus Mahsa Amini, Barat tidak mampu memberikan bukti apapun dari tuduhan mereka.

    Bagi mereka yang mengikuti perkembangan politik Timur Tengah sejak era 1970-an, pertanyaan-pertanyaan di atas dapat dijawab dengan mudah. Iran di masa monarki di bawah pimpinan Shah Pahlevi merupakan sekutu terdekat AS di Timur Tengah. Shah juga berhubungan baik dengan Israel. Rezim Shah bisa dibilang cenderung menjadi kacung AS karena semua kehendak AS dituruti olehnya. Pasca kemenangan Revolusi Islam Iran pada tahun 1979, semua berubah drastis. Republik Islam Iran, yang didirikan dengan melalui tahapan referendum untuk mengukur persetujuan rakyat, dengan segera menunjukkan kebijakan luar negeri yang jauh berbeda dari rezim Shah. Iran secara tegas menolak dominasi dan intervensi AS, yang berujung pada ketegangan kedua negara sampai akhirnya hubungan diplomatik pun diputus. Iran juga sejak awal menyatakan pembelaannya kepada Palestina dan penentangannya terhadap Israel. Ada frasa terkenal dari Imam Khomeini, yaitu “AS adalah setan besar,” yang bermakna, AS-lah sumber dari segala kekacauan yang ada di Timur Tengah. 

    - Advertisement -

    AS kemudian melakukan berbagai upaya untuk menggulingkan pemerintahan Islam Iran. Sebelumnya, di tahun 1953, AS pernah berhasil mendalangi kudeta untuk menggulingkan pemerintahan Iran saat dipimpin PM Mosadeq yang nekat menasionalisasi minyak Iran sehingga merugikan AS dan Inggris. Upaya AS antara lain mendukung rezim Saddam di Irak untuk memerangi Iran selama 8 tahun, termasuk dengan mensuplai senjata kimia. Selanjutnya, seperti tercatat dalam dokumen yang diterbitkan Brooking Institution (2009), AS membiayai media-media berbahasa Persia dan aktivis-aktivis demokrasi; AS juga mengembargo ekonomi Iran, serta membekukan uang Iran yang tersimpan di bank-bank AS. Tekanan ekonomi ini ditujukan untuk memiskinkan rakyat, agar mereka terprovokasi lalu bangkit melawan pemerintah mereka sendiri. Berbagai upaya sabotase juga dilakukan AS, bersama dengan Israel, antara lain dengan membunuh para pakar nuklir Iran, meneror tokoh-tokoh terkemuka Iran, termasuk membunuh Jendral Qasim Solaimani yang dikenal sebagai penumpas ISIS. 

    Dalam kasus Mahsa Amini, AS berlindung di balik jargon “kebebasan” dan “demokrasi”, atau “penegakan hak-hak perempuan”. Namun sesungguhnya, AS sama sekali tidak mempedulikan nasib perempuan, terbukti dari embargo puluhan tahun yang menyebabkan ekonomi Iran sangat sulit dan korbannya tentu saja termasuk jutaan perempuan Iran. Di saat yang nyaris sama dengan kematian Mahsa Amini, seorang gadis Irak berusia 15 tahun bernama Zaenab Essam mati terbunuh oleh tentara Amerika di Baghdad, Irak. Sama sekali tidak ada aksi demo atau kecaman terhadap Amerika Serikat.  Bahkan PBB dan lembaga-lembaga bawahannya yang konsen masalah HAM tidak ada yang bersuara untuk Zaenab Irak. Media bungkam di saat Irak sendirian berteriak protes atas kematiannya.

    Sedangkan kematian Mahsa Amini, gelombang protes dan kecaman global dimulai oleh para aktivis politik dan media.  Gedung Putih menyatakan bahwa kematian Amini adalah “pelanggaran berat dan mengerikan terhadap HAM” dan PBB juga menyatakan keprihatinannya.  Uni Eropa menganggap apa yang terjadi pada gadis Iran ini “tidak dapat diterima” dan menuntut penuntutan para pelakunya.  Sementara Prancis juga menggambarkan kematian Mahsa Amini sebagai peristiwa yang “mengejutkan”.

    Hillary Clinton beberapa kali mengatakan ketika diwawancarai BBC bahwa Pemerintah AS akan selalu melindungi dan menolong orang-orang Iran yang anti pemerintah Iran sehingga sangat tidak heran orang-orang seperti Ali Karimi dan selebriti lainnya berusaha menghasut masyarakat Iran untuk melawan pemerintah dan Masih Ali Nejad yang dianggap kaum feminis sebagai aktivis dan Feminis Iran berteriak anti pemerintah dan memobilisasi kelompok anti pemerintah untuk melakukan gerakan anarkis dan kerusuhan di berbagai tempat di Iran. 

    Bersambung ke halaman selanjutnya –>

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here