More

    Mahsa Amini dan Politik Iran vs Amerika Serikat

    Agenda Geopolitik Amerika Serikat dalam Kasus Mahsa Amini

    Selain dimensi standar ganda yang diperlihatkan oleh AS dalam kasus Mahsa Amini, ada dimensi geopolitik yang sangat jelas. Mahsa Amini adalah seorang perempuan dari suku Kurdi. Kurdi adalah suku minoritas di Iran. Dalam dokumen Brooking Institution, sebuah lembaga think-tank AS, disebutkan bahwa ada tiga cara yang bisa dilakukan AS untuk mengubah rezim di Iran, yaitu dengan mendukung “revolusi rakyat”, menghasut suku-suku di Iran, dan mendorong kudeta (Brooking Institution,2009:101).

    Menurut channel televisi Al Manar Lebanon, Selasa (4/10), yang mengutip pengamat politik, Mahsa Amini adalah anggota Partai Komele, yang bekerja sama dengan Israel. Sebagaimana telah disebutkan di awal tulisan ini, orang yang paling awal menyerukan aksi demo adalah saudara sepupu dan paman Mahsa Amini yang merupakan anggota partai Komele. Kementerian Penerangan Iran menyatakan bahwa ada 77 anggota Kurdistan, termasuk tentara bayaran Zionis, yang dikenal dengan Komele, Demokrat, PAK, PJAK telah ditangkap. Diantara mereka yang ditangkap adalah kader-kader terkemuka dan anggota kelompok di wilayah Kurdistan di Irak yang telah menerima pelatihan militer di pangkalan Amerika Serikat.

    - Advertisement -

    Gerakan separatis Kurdi muncul di berbagai negara, termasuk Iran, Irak, Suriah, dan Turki dengan alasan ingin mendirikan negara khusus Kurdi. Etnis Kurdi sering dimanfaatkan oleh AS dan Israel untuk melemahkan pemerintah di negara yang ingin mereka tundukkan. Khusus terkait Iran, sebagaimana dijelaskan oleh pengamat Timur Tengah, Dina Y. Sulaeman (2017), Israel memanfaatkan Kurdi untuk memecah belah Iran. Kurdi Iran yang anti pemerintah Iran membentuk The Partiya Jiyana Azad a Kurdistane (PJAK), berbasis di utara Irak dan berkali-kali melakukan serangan teror ke dalam wilayah Iran. Menurut jurnalis AS, Seymor Hersh, pada tahun 2004, Israel memiliki hubungan dekat dengan klan Talibani dan Barzani (Kurdi Irak).

    Pada akhir September dan awal Oktober, militer Iran telah melancarkan serangan-serangan ke pusat-pusat gerakan separatis Kurdi-Iran di utara Erbil (Irak). Hal ini karena eskalasi gerakan separatis Kurdi semakin meningkat dengan memanfaatkan kasus Mahsa Amini. Sekedar informasi, gerakan separatis Kurdi punya rekam jejak mengorbankan perempuan dari suku mereka sendiri. Dulu ada seorang gadis Kurdi bernama Nahid Fatihi yang dibunuh oleh Partai Komele karena menolak saat diminta untuk melawan Imam Khomeini. Lalu, ada Fatemeh Esadi, perempuan Sunni Kurdi 22 tahun meninggal karena dibunuh oleh orang Kurdi sendiri (Partai Demokrat) karena suaminya membantu pemerintah Republik Islam Iran.

    Penutup

    AS berupaya kembali menggoyang sistem pemerintahan Islam Iran dengan menunggangi kasus kematian Mahsa Amini, namun cara yang dilakukannya kembali gagal. Pemimpin Tertinggi Iran Ayatullah Sayid Ali Khamanei dalam merespon petualangan AS yang kesekian kalinya ini menyebutkan, meski tidak ada insiden kematian Mahsa Amini, AS akan terus mencari celah dan cara untuk terus mengkampanyekan Iranophobia ke publik internasional. Dengan melihat jejak permusuhan AS terhadap Iran, sebagai netizen kita harus bijak melihat persoalan. Jangan sampai termasuk yang ikut dalam orkestra yang dimainkan AS dan kroninya dalam melihat isu-isu terkait Iran. 

    *Penulis adalah Founder Perempuan Bersuara dan peserta Kelas Menulis Kabar Kampus asuhan Dr. Dina Y. Sualeman.

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here