More

    Kisah Aktivis Pro-Palestina yang Pertama Dibebaskan

    Mohsen Mehdawi saat beorasi di hadapan pendukungnya ketika dibebaskan. (Foto: tangkapan layar video telegram FPN)

    Pemerintahan Donald Trump telah melabeli beberapa lembaga di dunia akademis dan industri media. Mulai dari Universitas Harvard dan Columbia hingga NPR dan PBS, sebagai lembaga yang berhaluan kiri dan marxis dengan mengancam akan melakukan pemotongan dana. Seorang mahasiswa hukum asal Palestina di Universitas Columbia, Mohsen Mehdawi, mengungkapkan pengalamannya ketika ditahan. 

    Mehdawi ditahan lebih dari dua pekan dalam sebuah peristiwa yang seharusnya menjadi wawancara untuk memperoleh kewarganegaraan Amerika Serikat (AS). Mehdawi menyebut kejadian itu sebagai bentuk penahanan sewenang-wenang dan mengaku lega ketika akhirnya seorang hakim federal memutuskan untuk membebaskannya. 

    Mehdawi adalah mahasiswa aktivis pertama yang dibebaskan dari sekian banyak yang ditahan oleh pemerintahan Trump karena bersuara menentang perang dan penjajahan di Palestina. “Saya merasa ini kemenangan besar bagi demokrasi. Penjebakan ini tidak sepenuhnya mengejutkan,” kata Mehdawi seperti dikutip dari New York Times.

    - Advertisement -

    Ia mengaku dijebak oleh Kementerian Keamanan Dalam Negeri AS (Department of Homeland Security). Mehdawi diundang untuk mengikuti wawancara kewarganegaraan dan diberi harapan untuk menjadi warga negara AS. Namun setelah ia menandatangani dokumen kesediaan mengucap sumpah setia, sekelompok agen menangkapnya. 

    Saat ditahan oleh aparat keamanan dalam negeri AS, Mehdawi menggambarkan momen itu dengan getir. Meski seorang petugas meminta maaf sebelum memborgol tangan dan kakinya. “Saya bercanda sambil berjalan dengan langkah pendek: Beginilah saya bermeditasi sambil berjalan. Saya mencoba mengalihkan pikiran dari para tahanan Palestina di penjara Israel yang mengalami nasib serupa, bahkan lebih buruk,” paparnya. 

    Menurutnya karena ia menyaksikan gelombang penahanan terhadap mahasiswa-mahasiswa yang berani menyuarakan penolakan terhadap genosida dan kehancuran di Gaza. Mehdawi sendiri telah bersiap menghadapi risiko ini dengan menghubungi pengacara, senator, anggota parlemen dari negara bagian Vermont, dan media serta komunitas sipil.

    Berkat respons cepat itu, rencana aparat untuk membawanya ke pusat tahanan Louisiana gagal dan ia masih sempat memperjuangkan keadilannya dalam keadaan bebas. Meski harus menjalani 16 malam dalam sel penjara, Mehdawi mengaku tidak pernah kehilangan harapan pada keadilan dan prinsip-prinsip demokrasi. 

    Ia merasa keyakinannya terbayar ketika hakim memenangkan gugatannya. “Saya ingin menjadi warga negara Amerika karena saya percaya pada nilai-nilai yang dijunjung tinggi negara ini. Putusan itu bukan hanya menyemangati saya, tetapi juga seluruh rakyat Amerika bahwa harapan masih ada. Meski jalan menuju keadilan panjang dan berliku,” papar Mehdawi. 

    Bersambung ke halaman selanjutnya –>

    - Advertisement -

    12 COMMENTS

    1. Semoga apa yang telah anda laku_kan dapat menyembuh_kan sebagian Mata orang_orang dapat melihat dengan sedikit RASA_
      .
      .
      ✌️

      • “bahwa harapan masih ada. Meski jalan menuju keadilan panjang dan berliku,”, demikian kiranya dapat mewakili sekit RASA, ya Pak

    2. AS yang lantang menyeruakan Demokrasi melanggar demokrasi. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul hak setiap orang adalah bagian demokrasi namun berbeda di AS orang yg berserikat dan berkumpul dianggap mengacam negara. Kebebasan berserikat dan berkumpul untuk menentang pendudukan Israel ke Palestina dianggap menentang pemerintah. Demokrasi yang digaungkan As hanya dimulut pada prakteknya omong kosong, ini dibuktikan menangkap mahasiswa pengunjuk rasa.

      • “Perjuangan saya adalah bagian dari perjuangan rakyat Amerika dan Palestina untuk keadilan. Kini rakyat Amerika harus memutuskan, apakah mereka akan mendukung perang atau perdamaian? Otoritarianisme atau demokrasi?” seru Mehdawi.

        kata kata diatas, menyiratkan akan kemenangan besar bagi demokrasi ya pak.

    3. Air mata saya menetes saat membaca kisah Mohsen Mehdawi seorang mahasiswa hukum asal Palestina yang tak hanya menuntut ilmu, tapi juga berani menyuarakan kebenaran, meski harus menghadapi penahanan yang tidak adil. Cerita ini bukan sekadar tentang perjuangan seorang individu, tapi juga tentang bagaimana suara kebenaran tidak bisa dibungkam, bahkan oleh kekuasaan yang semena-mena.

      Saya membayangkan langkah pendek Mehdawi saat diborgol, dengan senyum getir dan pikiran yang terbang ke saudara-saudaranya di Palestina. Momen itu menghantam hati saya. Begitu kuat, begitu jujur. Keberaniannya, tekadnya, dan keyakinannya bahwa keadilan masih bisa diperjuangkan di negara yang katanya menjunjung tinggi demokrasi itu semua adalah nyala kecil yang kini membesar menjadi bara semangat dalam dada saya.

      Untuk siapa pun yang membaca ini, jangan pernah berhenti bersuara. Jangan biarkan rasa takut membungkam nurani. Kebenaran mungkin dibungkam sesaat, tapi tidak akan pernah mati. Seperti Mehdawi, mari terus percaya bahwa harapan masih ada. Meski jalan menuju keadilan panjang dan berliku, setiap langkah kecil kita setiap suara, setiap aksi solidaritas adalah bagian dari perjuangan besar menuju dunia yang lebih adil.

      Kita tidak sendiri. Dan kita tidak boleh diam.

    4. Mehdawi dan Harapan yang Tak Pernah Padam untuk Palestina

      Kisah Mohsen Mehdawi, mahasiswa hukum asal Palestina yang ditahan secara sewenang-wenang oleh otoritas AS, merupakan potret nyata bagaimana suara keadilan kerap dibungkam atas nama keamanan. Namun di balik perlakuan yang tidak adil itu, kita melihat cahaya keberanian dan prinsip yang tidak mudah dipatahkan.

      Mehdawi tidak sekadar menjadi korban dari sistem yang tidak berpihak, tetapi ia telah menjadi simbol keteguhan hati rakyat Palestina. Penahanannya yang bermula dari sebuah wawancara kewarganegaraan adalah ironi pahit dari janji demokrasi—sebuah sistem yang seharusnya menjunjung tinggi kebebasan berekspresi dan hak untuk bersuara menentang ketidakadilan.
      Dalam situasi sulit itu, Mehdawi tetap teguh. Ia tidak menyerah, justru bangkit dan memperjuangkan kebebasannya dengan cara-cara damai dan terorganisir—menghubungi pengacara, senator, anggota parlemen, hingga media dan komunitas sipil. Ia sadar bahwa perjuangannya bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk para mahasiswa lain dan rakyat Palestina yang lebih sering tak terdengar suaranya

      Pembebasan Mehdawi menjadi kemenangan moral bagi siapa pun yang percaya bahwa keadilan masih mungkin ditegakkan, meskipun perlahan dan berliku. Lebih dari itu, ini adalah pengingat bahwa perjuangan rakyat Palestina tidak hanya berlangsung di tanah kelahiran mereka yang dikepung konflik, tetapi juga di ruang-ruang global, termasuk ruang akademik dan hukum di negara-negara adidaya.
      Dunia harus membuka mata. Ketika seseorang ditahan karena menyuarakan penolakan terhadap genosida dan penjajahan, itu bukan hanya pelanggaran terhadap individu, tetapi juga terhadap nilai-nilai kemanusiaan universal. Dukungan terhadap Palestina bukan semata persoalan politik, melainkan panggilan nurani terhadap penderitaan yang sudah terlalu lama diabaikan.

      Mehdawi membuktikan bahwa harapan tidak pernah mati, dan bahwa satu suara pun dapat menggugah dunia.

    5. Seperti nya warga Amerika cara berfikir nya justru lebih maju daripada Trump, mereka paham bahwa setiap manusia itu punya hak kesetaraan dan tentunya hak untuk kehidupan yang lebih manusiawi, dengan di bebaskannya Mehdawi merupakan bukti otentik terkait perjuangan hak tersebut.. Merdekalah manusia yang merdeka.

    6. Perjuangan palestina harus terus dikumandangkan, mama rika anti demokrasi, kebebasan bersuara, anti HAM yg mengkritik ditahan tanpa alasan yg kuat & jelas. Save Pelstina

    7. Dari kisah Mehdawi sekali lagi memperlihatkan pada dunia bagaimana si trump sudah banyak melanggar hak kemanusiaan, dan ketidak becusannya dalam menangani sebuah permasalahan yg terjadi pada negara dan warganya sendri. Dia pikir dengan Otoritas nya sebagai pemimpin di as warganya akan patuh dan nurut sama dia, nyatanya justru penolakan besar besaran atas semua kejahatannya yg tidak manusiawi di lakukan oleh warganya sendiri. detik² kehancuran trump sudah terlihat. Dan kemerdekaan Palestina akan segera di raih. Panjang umur Palestina

    8. Dari kisah Mehdawi sekali lagi memperlihatkan pada dunia bagaimana si trump sudah banyak melanggar hak kemanusiaan, dan ketidak becusannya dalam menangani sebuah permasalahan yg terjadi pada negara dan warganya sendri. Dia pikir dengan Otoritas nya sebagai pemimpin di as warganya akan patuh dan nurut. nyatanya justru penolakan besar besaran atas semua kejahatannya yg tidak manusiawi di lakukan oleh warganya sendiri. detik² kehancuran trump sudah terlihat. Dan kemerdekaan Palestina akan segera di raih. Panjang umur Palestina

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here