
Sekitar 30 pengunjuk rasa pro-Palestina ditangkap setelah menduduki gedung Universitas Washington, Senin (5/5). Kelompok Students United for Palestine Equality and Return Washington (Super UW) menduduki Gedung Teknik Interdisipliner. Mereka menuntut agar universitas tersebut memutus hubungan dengan Boeing, salah satu yang memberikan lapangan kerja bagi lulusan teknik Universitas Washington.
Tidak hanya itu, kemarahan para pengunjuk rasa karena terkait dengan sumbangan sebesar 10 juta dollar Amerika Serikat (AS) yang diberikan Boeing untuk fasilitas pembelajaran senilai 90 juta dollar AS pada 2022. Super UW menganggap bahwa Boeing memberikan sumbangan tersebut ada pengaruh terhadap kurikulum. Dari sini, ada kekhawatiran adanya kontrak militer perusahaan tersebut dengan Pasukan Pertahanan Israel terhadap operasinya di Jalur Gaza.
Maka dari itu Super UW menuntut agar Universitas Washington memutuskan hubungan dengan Boeing. Mereka memblokir dua akses jalan di luar pintu masuk maupun keluar gedung. Super UW juga membakar dua tempat sampah dalam aksinya tersebut. “Universitas Washington adalah mitra langsung dalam genosida rakyat Palestina melalui kesetiaannya pada kemitraan dengan Boeing,” tulis mereka di berbagai akun media sosialnya.
Beberapa lembaga penegak hukum terlihat menanggapi protes tersebut. Para petugas pun mulai membersihkan area di luar gedung sekitar pukul 22.30 dan mengusir para pengunjuk rasa pada setengah jam kemudian. Para pengunjuk rasa yang memasuki gedung pun ditangkap dan didakwa pelanggaran hukum, yaitu perusakan properti dan perilaku tidak tertib. Para pejabat Universitas Washington menyatakan siaran persnya bahwa yang ditangkap akan dirujuk ke Kantor Kejaksaan King County.
“UW berkomitmen untuk menjaga lingkungan belajar dan penelitian yang aman dan mengutuk keras pendudukan gedung ilegal seperti ini dan pernyataan anti semit yang dikeluarkan untuk sekelompok mahasiswa yang diskors pada hari Senin. Universitas tidak akan terintimidasi oleh perilaku ofensif dan destruktif semacam ini dan akan terus menentang anti semitisme dalam segala bentuknya,” kata Asisten Wakil Presiden Komunikasi Universitas Washington, Victor Balta, dalam siaran persnya.
Para pejabat Universitas Washington juga khawatir akan lebih banyak lagi protes di kampus mereka. Sebab kemungkinan, kampus ini akan menghadapi lebih banyak protes. Selain soal Boeing, Turning Point USA menyelenggarakan acara di kampus yang menampilkan Riley Gaines, mantan anggota tim renang Universitas Kentucky. Gaines dikenal sebagai penentang atlet transgender yang berkompetisi di dalam olahraga wanita. Ia menyatakan keprihatinannya tentang keadilan dan keselamatan bagi atlet wanita yang berkompetisi dengan transgender. Presentasi Turning Point USA bertema “Lindungi Wanita dari Pria: Ancaman Agenda Transgender” dibatalkan pada Januari lalu karena mendapatkan protes dari pengunjuk rasa.
Aksi mahasiswa ini nunjukkin kalau mereka peduli banget sama isu kemanusiaan, terutama soal Palestina. Tapi sayangnya, kalau udah sampai merusak properti dan bikin keributan, pesan damainya jadi kabur. Universitas juga seharusnya transparan soal kerja sama dengan perusahaan-perusahaan besar kayak Boeing, apalagi kalau ada dugaan keterlibatan dalam konflik bersenjata. Semoga semua pihak bisa lebih bijak dan duduk bareng buat cari solusi, bukan cuma saling nyalahin.
tergantung aksinye kali bu ye,
kalo aksinye adem adem aje, tuh yang di protes angteng ngedokem aje. malah die tambah gile. kali emang udeh kudu wayanye sekarang kite rubah caranye.
Kite kasih lihat ke mereka itu kompeni imperialis kolonialis amerike dan zionis israel plus antek anteknye nyang laen bahwa mereka hanya bise di respon dengan care care gile juge.
mate ganti mate, kepale ganti kepale, dah kaga jaman blagu semaunye, semua ade aturannya, klo kaga mau ikut aturan pegi ajel loh pade keluar dunie.
Sekalian kasih pernyataan tegas klo kite dah empet ame lagu languannye yang seenaknye petentang petenteng seenaknye kaye nih dunie miliknya. dan kite nyang lain cumanan numpang.
Apalagi pan ajaran agame kite udeh teges tuh ye bilang klo, “hidup mulie atau mati sahid”. sama sama bagusnye.
Panjang Umur Palestine
Aksi yang dilakukan oleh mahasiswa dari kelompok Super UW merupakan bentuk solidaritas yang patut dihargai terhadap rakyat Palestina yang menjadi korban kekerasan dan ketidakadilan. Tuntutan mereka agar Universitas Washington memutus hubungan dengan Boeing adalah langkah moral yang penting, mengingat dugaan keterlibatan perusahaan tersebut dalam mendukung operasi militer di Gaza. Menolak pendanaan yang bisa memengaruhi kurikulum demi kepentingan militer bukan hanya tindakan berani, tetapi juga mencerminkan komitmen terhadap etika dan kemanusiaan. Saat institusi pendidikan menjalin kemitraan dengan perusahaan yang terlibat dalam konflik dan penindasan, mahasiswa berhak mempertanyakan dan menolak keterlibatan tersebut. Solidaritas terhadap Palestina adalah panggilan untuk keadilan global.
Berbicara soal Boeing, beberapa kali ada pemberitaan kalau perusahaan ini beberapa kali mengalami penuntutan oleh beberapa pihak. Contohnya: beberapa waktu lalu Boeing diberitakan terlibat dalam kecelakaan pesawat di Indonesia bahkan ada akun YouTube sampai berani membongkar dugaan konspirasi Boeing sampai terjadi korban jiwa dalam kecelakaan pesawat dengan kamera tersembunyi yang didapat dari berbagai sumber. Tambah lagi, Boeing diduga terlibat dalam holocaust di Palestine yang membuat mahasiswa di USA demo.
Tetap bersuara untuk Palestina memang sangat penting mengingat kejadian tragis yang di alami warga Palestina sampai saat ini, aksi mahasiswa yang pro Palestine patut di hargai , karna memang yang hati nuraninya terpanggil sudah gerah sih yah dengan perilaku semena mena si zionis dan antek anteknya, si zionis ini melakukan segala cara untuk tetap mendapatkan keuntungan dan hasil yg di gunakan untuk membunuh dan membantai warga Palestina, Jadi para mahasiswa itu berhak menolak keterlibatan tersebut.