Kalau kawan-kawan mahasiswa punya drum, kaleng, ember atau panci bekas jangan dulu dibuang. Barang-barang ini memang laku dijual tapi lebih asyik dijadiin alat musik yang unik. Ya, seperti yang dilakukan oleh kelompok BogaSora membuat instrumen musik dari barang-barang bekas. Berikut petikan wawancara Nuruf Rafiqua- Suara Mahasiswa dengan salah satu personil BogaSora Sendy Triansyah, mahasiswa Farmasi Unisba.
Apa yang membuat kalian memutuskan membuat kelompok band Bogasora ini?
Sebetulnya BogaSora ini merupakan bagian dari komunitas Bilik Kreatif. Dari situlah kita kepikiran ingin membuat band perkusi yang alat-alatnya menggunakan barang-barang bekas. Lalu Bob, Ganen, Igoy, Adit, Bonar, Ribi dan saya sepakat membuat BogaSora. Kami punya ide yang sama.
Apa makna dibalik Bogasora?
Dalam bahasa Sunda, BogaSora berarti punya suara. Kami pengen berkreasi mengolah suara. Kami juga ingin menyampaikan kalau suara atau nada yang indah ga hanya berasal dari instrument yang mahal tapi juga dari barang-barang bekas yang tentunya juga lebih ramah lingkungan.
Band perkusi barang-barang bekas ini manggung pertama kali pada acara agustusan warga di Antapani Bandung. Mereka mendapat sambutan yang cukup meriah.Meski baru kelompok band BogaSora cukup aktif terlibat dalam acara-acara musik. Seperti di Jakarta, Surabaya dan kota-kota di di Jawa Barat. Mereka juga pernah berkolaborasi dengan Lady Arumba yang menggunakan alat musik bambu.
Event paling seru buat BogaSora?
Waktu kami main di TVRI buat peringatan Sumpah Pemuda kemarin kayanya, hehe….Sama waktu bareng Barbosa (sebutan buat fans BogaSora) demo di depan gedung sate. Demo waktu itu sebagai ungkapan protes atas nasib Tangkuban Parahu yang akan dikelola oleh pihak swasta.
Apa harapan BogaSora ke depannya?
Semoga Bogasora bisa lebih besar lagi dari sekarang dan bisa bersuara di seluruh indonesia bahkan seluruh dunia. amin
oke deh , kita aminin bareng-barenga ya, sukses terus buat Bogasora! []