More

    Simbol Budaya Asia Tenggara Lukisan Elka Shri Arya

    12042013 ilustrasi lukisan elkha_seniman bali

    Argus Firmansyah

    Kebudayaan Indonesia pada zaman `Nusantara’ menjadi sorotan para antropolog, seni rupa dan pertunjukan di Asia Pasifik. Kahazanah kebudayaan Indonesia yang mewakili kawasan Asia Tenggara dipandang penting saat ini selain penopang ekonomi dunia. Nusantara pada zamannya disebut sebagai kawasan kebudayaan yang hampir melingkupi kawasan Asia Tenggara. Salah satunya kebudayaan serumpun China-Melayu.

    - Advertisement -

    Kenyataan pasti bahwa seni rupa tradisional hingga modern saat ini dan kekayaan budaya dari Indonesia menjadi highlight perkembangan seni rupa di kawasan Asia Tenggara dan Asia Pasifik yang tak luput dari sejarah kebudayaannya yang menjadi kiblat kebudayaan pasca-modern di dunia. Kebudayaan China adalah salah satu yang paling menonjol di dunia seni rupa saat ini meski muncul di dalam situasi krisis ekonomi global. Yang kedua adalah Indonesia. Indonesia dikenal sebagai produsen karya seni rupa yang kedua setelah dominasi seni rupa China yang terlebih dahulu menguasai pasar seni rupa saat ini. Bagaimana situasi sekarang? Saat ini dibutuhkan karya-karya seni rupa yang berani meng-identitas-kan karyanya pada kebudayaan Indonesia.

    Elka Shri Arya, sebuah nama baru bagi seniman yang malang melintang di Eropa dan Amerika Serikat ini. Elka Shri Arya adalah seorang seniman dari Indonesia yang mewakili jajaran seniman Asia Pasifik dengan karya-karya seni lukis, koreografi, tari kontemporer, komposisi musik, dan lain-lain. Latar belakang pendidikan seni rupa dan pertunjukan seniman ini diperoleh dari, antara lain, universitas dan akademi seni terkemuka di London dan New York. Sosok seniman ini memang tidak dikenal di Indonesia, kecuali salah satu murid terbaik Bagong Kusudiardjo (alm.), namun dedikasinya pada seni rupa, seni pertunjukan dan music dibuktikan dengan kontribusinya sebagai seniman Indonesia di dunia.

    Pada tahun ini Elka Shri Arya untuk kali pertama akan menyajikan 14 (empat belas) karya seni lukis murni (painterly painting) dan karya instalasi seni yang menyertai pameran tunggalnya di Indonesia. Empat belas karya seni lukis murni atau dikenal dengan istilah Painterly Painting di Paris dan New York ini dipersembahkan untuk kepentingan pendidikan seni lukis kontemporer Indonesia dengan keunggulan teknik seni lukis dan kekuatan simbol-simbol kebudayaan Indonesia dan kebudayaan Asia Pasifik yang sudah menjadi bagian dari pengalaman hidupnya sebagai seniman.

    Adapun judul sekaligus tema khusus untuk pameran seni lukis dari seniman ini adalah Capturing the Illusions (menangkap ekspresi ilusi dalam lukisan) tentang sosok ibu (wanita) dan ibu pertiwi (tanah air -Indonesia). Proses penciptaan karya seni lukis dari seniman ini dimulai pada tahun 2010 dan akan disajikan di dalam pameran tunggal seni lukis dimulai tanggal 10 April – 5 Mei 2013 di Gaya Art Space, Jalan Raya Sayan, Ubud – Bali. Karya seni lukis yang berhasil dicipta dari projek ilusi dalam seni lukis ini sebenarnya 28 (dua puluh delapan) lukisan cat minyak di atas kanvas dengan tiga macam ukuran kanvas, yaitu 153 x 196 cm, 147 x 196 cm dan 146 x 87 cm.

    Pameran tunggal Elka dibuka dengan perhelatan musik ritual masyarakat Hindu – Bali, ini merupakan pameran serial yang pertama dari proyek ilusi dalam seni lukis murni. Pameran ini didesain dengan konsep tata ruang Jawa dan Bali pada masa sebelum keruntuhan Majapahit dan situasi social masyarakat Jawa-Bali saat ini. Konsep `kekinian’ yang menjadi salah satu ciri dari karya seni rupa kontemporer tak luput dari garapan seniman ini yang tentu saja tidak bersifat naratif.

    “Nilai atau apapun yang diistilahkan dengan seni rupa kontemporer tentu akan sulit ditemukan di dalam lukisan saya karena istilah seni rupa kontemporer bagi saya adalah konsep karya. bukan visual yang merujuk pada istilah itu. Maka bagi saya karya seni rupa kontemporer itu bukan pada visual sebagaimana perupa kebanyakan yang sekedar memindahkan objek. Seni lukis ya seni lukis, bukan gambar hasil fotokopi atau memindahkan apa yang dilihat secara kasat mata ke kanvas,” papar Elka Shri Arya di Ubud.

    Pameran seni lukis bertajuk Capturing The Illusions karya seniman ini dikurasi oleh Argus FS, seorang kurator independen asal Bandung yang tinggal di Ubud, Yogyakarta dan kota lain di Jawa. Kurator pameran ini menggunakan metoda kurasi yang cukup ketat dan memakan waktu yang tidak instan. Proses produksi karya secara dikurasi secara ketat dengan disertai kritik seni yang berbasis pada gagasan dan proses kekaryaannya.

    Perkara identitas kebudayaan Indonesia dalam karya seni lukis dari seniman ini salah satu muatan pendidikan bagi perupa muda dan masyarakat pecinta seni lukis Indonesia kontemporer yang tidak terbawa arus pasar seni rupa ala seni rupa China yang masih jadi trend di pasar seni rupa Asia Pasifik, walaupun ekonomi Indonesia ditopang oleh China. “Karya seni lukis seniman ini tidak diragukan lagi memang seni lukis murni dengan mengekspresikan pengetahuan dan pengalamannya mengelilingi dunia sebagai seniman yang idealis. Tentu saja public seni rupa Indonesia akan heran karena pa Elka Shri Arya masih menyembunyikan biodata kesenimanannya juga latar belakang pendidikan seni beliau di London, Berlin, New York, San Antonio. Beliau hanya ingin karya seni lukis di dalam pameran ini diapresiasi tanpa embel-embel gelar akademis atau sejarahnya sebagai seniman,” kata Argus FS, kurator pameran.

    Menurut kurator pameran ini, karya seni lukis Elka Shri Arya yang akan dipamerkan ini memiliki kualitas dan pencapaian artistic yang sama baik meskipun menggunakan media cat minyak atau cat akrilik di atas kanvas. Kekuatan garis, warna serta tonal value digarap dengan kekhasan brushstroke di dalam katagori seni lukis murni atau painterly painting – salah satu style atau genre seni lukis yang berkembang setelah Gerakan Abstract Expressionist di New York dan Paris serta negara-negara Eropa Timur – menjadi trend di era tahun 1960-an.

    Yang paling penting dari pameran ini adalah sikap seniman dengan idealismenya mampu menunjukkan seni lukis kontemporer Indonesia yang sebenarnya sudah lama ditunggu-tunggu di ruang public sebagai sarana pendidikan seni rupa dan wawasan kebudayaan Indonesia yang makin jarang ditemukan dalam ruang-ruang pameran seni rupa Indonesia saat ini. []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here