More

    Ariah dan Kobaran Api Monas

    30 06 2013 Ariah 01

    Betawi, punya cerita mengenai tokoh perempuannya. Dialah “Ariah” seorang gadis cantik Betawi yang berjuang membela kehormatan dan harga dirinya. Bahkan Ariah menjadi simbol dan perlawanan bagi kaum dan bangsanya.

    Cerita itu dilakonkan dalam drama musikal dengan judul “Ariah” di lapangan Monumen Nasional (Monas) Jakarta, Minggu, (30/06/2013). Drama musikal ini dimainkan oleh 200 penari dan didukung oleh 120 musisi orkestra yang dipimpin langsung oleh Erwin Gutawa.

    - Advertisement -

    Dengan panggung besar seperti ombak, lighting yang apik, dengan diiringi musik orkestra membuat cerita tersebut seolah nyata di depan mata.

    Cerita Ariah sendiri berawal dari Ariah remaja yang ingin keluar dari kemiskinannya dan kebodohan. Ia pun mengajak teman-temannya untuk belajar silat, membaca dan mengaji.

    Ariah remaja yang cantik pun menjadi pergunjingan banyak tuan tanah kaya yang ingin mengambilnya sebagai istri. Namun Ariah memilih sendiri tambatan hatinya, yakni anak pemilik padepokan silat tempat ia berlatih.

    Pergulatan pun terjadi, para mandor kaya raya itu mengusir Mak Emper Ibunya yang tinggal di emperan rumah Tuan mandor. Selain itu Mandor juga memerintahkan centeng-centengya yang kejam untuk menculik Ariah.

    Kala itu adalah masa pemerintahan kolonial. Dimana, pemerintah memberlakukan sistem tanam paksa kepada masayarakat. Saat itu juga para petani memberontak. Begitu pun Ariah, ia turut mengajak teman-temannya untuk berjuang melawan penindasan.

    Cerita ini dibuat oleh Atilah Soeryadjaya, ia sutradara sekaligus penulis lirik lagu. Menurutnya, cerita Ariah mengandung banyak makna yang menembus batas ruang dan waktu. Perjuangannya untuk tidak menyerah, tidak rela, tidak terpaku dengan nasib dan keberaniannya melawan penindasan oleh para penguasa yang yang juga terkait dengan ruang dan waktu di masa kini.

    Drama musikal ini dimainkan berlatar belakang, tugu Monnas, dengan kobaran pucuk api dari emas.

    Jay Subiakto, Penata artistik mengatakan, monumen tersebut penuh dengan pemaknaan dan simbolisasi, ia bercerita tentang perjuangan, semangat, pengorbanan, dan kedigdayaan. Sebuah bangunan dan sebuah cerita yang mempunyai semangat jiwa serupa, dikala carut marutnya negara yang seakan lupa akan harga diri, martabat, dan integritas.

    Drama di area Monas ini digelar dalam memperingati hari ulang tahun Jakarta ke 486. Selama pertunjukan, kembang api sesekali menyala.[]

     

     

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here