More

    Hebat! Dari Biji Salak Mahasiswa UNY Hasilkan Jutaan Rupiah

    11 07 2013 Biji Salak jadi Jutaan Rupiah

    Galih Dwi Jatmiko S, Mahasiswa UNY

    Daerah Sleman, Yogyakarta merupakan salah satu kabupaten yang memiliki komoditas petanian buah salak. Banyaknya UKM pengelola berbagai olahan buah salak menyebabkan banyak limbah bii salah yang dihasilkan didaerah tersebut.

    - Advertisement -

    Berawal dari hal tersebut,  Ninda Arum (Sastra Inggris), Mohammad ridwan (PGSD), Irawan (PLS), dan Galih Dwi (Pendidikan Biologi) berinovasi untuk mengelolah limbah biji salak menjadi berbagai produk tas ethnic dan ramah lingkungan bernaman Ethlisthos.

    Irawan selaku ketua dari wirausaha Tas Ethlisthos menuturkan bahwa biji salak memiliki struktur yang kuat dan motif bagian dalam yang untuk sehingga untuk kedepannya akan menjadi produk unggulan dari Kota Yogyakarta. Untuk produksi sendiri dilakukan didaerah Sewon, Bantul.

    Ninda Menuturkan untuk memproduksi sebuah tas Ethlisthos memerlukan empat tahap, yaitu: pemotongan, pengukiran, perangkaian, dan packaging.

    Ethlisthos menggunakan alat khusus yang digunakan untuk memotong dan mengukir biji salak. Alat ini dibuat secara khusus oleh salah satu pengrajin batok ukir di daerah Sewon, Bantul. Dalam satu hari dapat dihasilkan 1.000 potong biji salak ukir untuk 5 buah tas ukuran sedang dengan harga berkisar Rp. 100.000,00 – Rp. 2.500.000,00 tergantung dari motif, desain, dan tingkat kerumitan.

    Tas tersebut di kerjakan oleh tenaga kerja khusus di daerah Sewon, Bantul. Dengan adanya wirausaha Ethlisthos telah membuka lapangan kerja baru untuk masyarakat didaerah Sewon, Bantul. Dengan omset penjualan senilai kurang lebih 3.000.000, Kerajinan ethlisthos menjadi salah satu inspirasi bagi mahasiswa lain untuk membukan peluang usaha lainya.

    Ridwan menuturkan bahwa Tas Ethisthos merupakan inovasi pertama dan satu-satunya tas berbahan dasar rangkaian biji salak sebagai solusi dari banyaknya limbah biji salak didaerah Turi, Sleman, Yogayakarta.

    Tas yang dibuat guna mendukung “go green” ini dibuat dengan bahan-bahan ramah lingkungan serta dibuat dengan nuansa ethnic Yogyakarta. Ridwan berharap “Tas Ethlisthos” dapat menjadi satu kerajinan khas Yogyakarta dan menjadi salah satu icon kerajinan khas Yogyakarta. []

     

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here