Laporan Nur Wahyu Widayatno dari pegunungan Andes
Tim KMPA Eka Citra, Universitas Negeri Jakarta di Puncak bonnete 5100 mdpl. FOTO : Dok. Tim KMPA Eka Citra
Aconcagua merupakan Gunung tertinggi yang mewakili lempeng benua Amerika Selatan tepatnya di wilayah pegunungan Andes, Argentina. Dengan ketinggian mencapai 6.962 M dpl, gunung ini menjadi gunung kedua tertinggi setelah Everest dengan ketinggian 8.848 mdpl dalam “The Seven Summits of The World”.
Aconcagua adalah gunung yang memiliki tantangan yang luar biasa, karena memiliki cuaca, suhu, dan angin yang ekstrem. Letaknya yang berada diantara samudra atlantik, samudra pasifik dan antartika membuat angin dari ketiga laut tersebut bertemu dan berputar di Gunung Aconcagua.
Di gunung ini juga terdapat El Viento Blanco, yaitu angin putih yang memiliki kecepatan 270 km/jam yang siap menghantam benda apapun yang menghalanginya.
Kali ini kami dari tim pendaki Indonesia Green Expedition yang berasal dari KMPA Eka Citra, Universitas Negeri Jakarta yang terdiri dari Ali Ataya, Khaerul Amri, Nur Wahyu Widayatno sedang berusaha menggapai puncak Gunung Aconcagua. Kami telah memulai pendakian ini sejak tanggal 25 Desember 2013.
(Baca Juga: Mahasiswi Unpar Kibarkan Merah Putih di Puncak Aconcagua)
Berbagai program aklimatisasi atau proses penyesuaian terhadap ketinggian telah dilaksanakan oleh tim. Program aklimatisasi ini dimulai pada tanggal 29 dan 30 Desember 2013 kemarin. Program aklimatisasi kami mulai dari Basecamp Plaza de Mulas ke Mt. Bonete dengan ketinggian 5100 mdpl.
Perjalanan ke sana menempuh waktu selama 4 jam 30 menit. Pada pendakian ke sana, tim kami adalah satu-satunya tim dari Indonesia yang berhasil tiba pertama yakni pukul 14.05.
Selanjutnya pada tanggal 30 Desember kami memuat barang dari Basecamp Palza de Mulas ke camp 1 Canada ( 4.925 mdpl ) dengan beban sekitar 15 kg. Namun di sana kami agak sulit bernafas dan merasakan sedikit sakit kepala akibat gejala penyakit ketinggian (Acute Mountain Sickness).
Menurut guide kami Gabriel Moretta dari Aymara, bahwa hal tersebut adalah wajar untuk Gunung yang memiliki ketinggian di atas 4000 mdpl. Dalam kesempatan tersebut, ia menyarankan untuk minum air yang banyak karena air mengandung banyak oksigen.
Bertepatan dengan momen pergantian tahun baru, kami berada satu hari penuh di Basecamp Plaza de Mulas. Setelah melalui beberapa proses aklimatisasi dan medical check up, tim dinyatakan siap memulai high camp yang berada di ketinggian 5000an mdpl, dengan suhu rata – rata dibawah 0 derajat.
Esoknyanya, pendakian dilanjutkan menuju Camp 1(4925 mdpl). Kemudian hari berikutnya menuju Camp 2 Nido de Condores (5250 mdpl).
Adapun dari Camp 3 Berlin (5900 mdpl), kami akan berangkat pada tanggal 4 Januari 2014. Menurut giude kami yang sudah 11 kali sukses mendaki Aconcagua, pada tanggal 4 januari diprediksikan cuaca akan cerah, sedikit angin namun sangat dingin. Menurutnya waktu tersebut adalah waktu yang sangat tepat untuk summit day ke puncak Aconcagua (6962 mdpl).
Dengam semangat baru di awal tahun ini, kami berharap semuanya dapat berjalan baik dan sukses, bagi kami ekspedisi ini tidak hanya sekedar mendaki gunung, tetapi lebih dari itu. Ini berbicara tentang semangat juang anak-anak muda Indonesia untuk bangsa dan negara, serta sebagai wujud kepedulian terhadap usaha-usaha pelestarian lingkungan sebagaimana tema yang kami usung “Green Indonesia For The World”.
Sejak kami tiba di Argentina sampai kami melakukan pendakian, kami berupaya untuk tetap menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan. Selain itu kami juga mengajak masyarakat dan rekan-rekan pendaki melalui berbagai media publikasi dan sosialisasi untuk melakukan usaha-usaha pelestarian lingkungan.
Sekali lagi, tak bosan-bosannya kami mohon doa restu dan dukungan dari seluruh handai taulan di Indonesia, untuk kesuksesan ekspedisi ini, salam hangat dari seluruh tim di Argentina. Selamat Tahun Baru 2014.[]
