More

    Pendidikan Sampah

    Abdus Salam
    Bagi kebanyakan Negara sampai saat ini melihat sampah sebagai sesuatu yang tidak lagi terpakai dan begitu saja mengendap di tempat pembuangan akhir. Tapi bagi beberapa Negara, salah satunya Negara Swedia, sampah menjadi sumber manfaat dan berkah, setidaknya untuk menjadi sumber pembangkit listrik dan menjadi bahan daur ulang sehingga semenjak beberapa tahun terakhir Negara tersebut mengimpor sampah sampai ratusan ribu ton sampah pertahun.

    Negara Swedia berani mengimpor sampah karena mereka sudah menginvestasikan penelitian dan teknologi untuk mengelola sampah sebagai salah sumber energi Negara.

    Sampah memiliki kandungan gas metana yang tinggi, apabila tidak dikelola menjadi energi maka akan menyebabkan konsentrasi ozon meningkat, itulah yang menyebabkan banyak Negara menumpuk lalu mengubur sampah. Maka ketika gas metana tersebut dialihkan dengan rekayasa teknologi, maka hasilnya adalah menjadi energi terbarukan. Selain dapat digunakan untuk menggerakkan turban listrik, energi hasil rekayasa teknologi itupun dapat digunakan untuk memasak.

    - Advertisement -

    Sebagaimana kita ketahui bahwa sampah memiliki klasifikasi, sampah organik, non organik, dan sampah B3.

    Tidak semua sampah yang ada dapat digunakan sebagai bahan untuk menjadikannya menjadi sumber energi. Hanya sampah organik saja yang bisa diubah mejadi energy, sementara untuk yang non organic dan B3 bisa untuk daur ulang produk. Hanya sebagian kecil saja yang nantinya akan ditumpuk kemudian dikubur menjadi gundukan tanah.

    Teknologi pengubah sampah menjadi energi dan daur ulang hanya bisa mulai memproses itu semua ketika sampah sudah dipilah-pilah sesuai klasifikasinya. Sehingga dibutuhkan kesadaran manusia untuk memilah-milah agar sampah dapat langsung dimanfaatkan. Negara Swedia dan ada juga Negara Jepang memulai pendidikan pemilahan sampah sejak usia sekolah, bahkan Negara tersebut membuat regulasi agar pendidikan tentang sampah dimasukkan dalam kurikulum sekolah.

    Pulau jawa khususnya Jakarta memiliki tingkat produksi sampah yang besar. Bahkan diketahui setiap harinya Jakarta menghasilkan sampah hingga 6.500 ton sampah perhari yang sampai di tempat pembuangan akhir, itu belum terhitung berapa banyak sampah yang dibuang di sungai dan tempat yang sebenarnya bukanlah tempat pembuangan sampah. Kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya sangat rendah, terlebih tidak adanya ketegasan dan keseriusan dari pemerintah untuk mengaturnya menyebabkan banyak masyarakat yang membuang sampah sembarangan tanpa pernah memilahnya.

    Untuk sampai kepada tahap pemanfaatan sampah sebagai sumber energi, pemerintah sudah harus memulai semuanya dari pendidikan, infrastruktur dan bidang hukum. Di bidang pendidikan, pemerintah harus membuat regulasi yang mengatur agar pendidikan tentang pemilahan dan pemanfaatan sampah sebagai pelajaran wajib di tingkat sekolah dasar hingga menengah.

    Di bidang infrastruktur, pemerintah harus menyediakan tempat sampah dan kendaraan pengangkut yang memadai. Di bidang hukum, pemerintah harus membuat reward and punishment bagi masyarakat yang memilah sampah ataupun kepada masyarakat yang membuang sampah tidak pada tempatnya serta menjalankannya dengan tegas.

    Hal ini tentu harus menjadi perhatian kita bersama sehingga pada akhirnya Indonesia mampu seperti Swedia ataupun Jepang yang sudah menjadikan memilah dan membuang sampah pada tempatnya sebagai bagian dari budaya.

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here