More

    Si Kecil yang Terlewatkan

    Hima Sakina Firdahusy

    Hancur, bumiku dari hari ke hari semakin hancur karena efek global warming yang semakin nyata terlihat. Tidak salah jika ada orang berkata demikian, karena berdasarkan fakta yang terjadi memang menunjukkan bahwa telah terjadi kerusakan dan bencana di bumi secara global.

    Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)  menjelaskan bahwa akibat pemanasan global telah terjadi kenaikan suhu bumi antara 0,5-1,50 Celcius.1 Selanjutnya, hasil penelitian Spiritual Science Research Foundation (SSRF) menunjukkan bahwa ada dua alasan yang menjadi penyebab bencana alam, yaitu disebabkan oleh 30 % alasan dasar (hukum alam) dan 70 % alasan bahwa bencana terjadi karena sebuah respon terhadap perilaku manusia yang menjadi faktor penyebab utama terjadinya penyebab dasar.2

    - Advertisement -

    Dengan demikian dapat terilihat secara jelas bahwa manusia ikut andil sebagai penentu nasib bumi lebih dari 50%. Pemuda yang diharapkan sebagai agen perubahan, seharusnya juga dapat bersikap bijak dalam menangani masalah lingkungan di bumi tercinta ini. Pemuda adalah cerminan masa depan sebuah Negara. Jadi, gemilang atau sengasaranya lingkungan serta nasib manusia di masa depan juga ditentukan oleh pemuda.

    Masyarakat saat ini, telah menaruh perhatian terhadap aktivitas generasi muda. Ketika merujuk sebuah kata tentang pemuda, dapat dipastikan bahwa image yang akan dominan muncul dari benak masyarakat adalah pemuda yang anarkis, sembrono, egois dan tidak melakukan tindakan nyata. Sehingga, tidak salah jika kebanyakan masyarakat belum bisa menganggap pemuda sebagai tangan kanan penerus bangsa, terutama dalam hal melestarikan lingkungan.

    Di samping itu, pemuda menghadapi terpaan pengaruh yang sangat kuat. Perlu disadari bahwa anak muda saat ini hidup dalam era globalisasi. Sebuah musuh yang sangat cerdik atau sebuah peluang besar yang prospektif bagi yang mampu memanfaatkannya. Bisa dikatakan bahwa terdapat penjajahan sengit yang saat ini tengah berlangsung. Apabila para pahlawan dan pendahulu bangsa menempuh berbagai strategi dalam menghadapi serangan penjajah untuk meraih kemerdekaan, saat ini anak muda harus berjuang menghadapi penjajahan berupa arus budaya buruk dari globalisasi.

    Apabila melihat kenyataan-kenyataan dari anak muda tersebut, maka terjadi keoptimisan maupun kepesimisan bagi lingkungan di masa mendatang.

    Meskipun demikian, kita perlu mengingat bahwa hal besar selalu dimulai dari yang kecil. Demikian pula manusia sering terjatuh karena masalah sebesar kerikil dibandingkan masalah sebesar batu meteor. dengan demikian, sangat terlihat jelas bahwa manusia sering melupakan hal-hal yang kecil, padahal hal yang kecil itu dapat menjelma menjadi bumerang yang dapat membunuhnya.

    Banyak instansi-instansi maupun gerakan melakukan berbagai upaya untuk melestarikan lingkungan, seperti penanaman hutan mangrove, penanaman 1000 pohon, kerja bakti, dan sebagainya. Lantas bagaimana dengan kita para pemuda? Kembali kita tilik dari hal yang kecil dan mendasar, yaitu kesadaran dari dalam diri tentang pentingnya melestarikan lingkungan. Pemuda dapat memulainya dari diri sendiri, dan mengembangkannya sebagai kebiasaan.

    Kebiasaan kecil tersebut meliputi kebiasaan jalan kaki dan bersepeda, membuang sampah pada tempatnya, menghemat pemakaian listrik, bijaksana memakai air, merawat kebersihan dan keindahan lingkungan sekitar, dan dapat pula menerapkan 3R yaitu reuse, reduce, recycle dalam pengelolaan sampah dan masih banyak lagi lainnya.

    Bisa kita bayangkan jika setiap manusia terutama pemuda memiliki kesadaran lingkungan, pasti tindakan-tindakan perlindungan yang lebih besar pun akan lebih mudah diupayakan. Sehingga kelestarian lingkungan di masa depan pun dapat terealisasikan.[]

     

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here