More

    Cry Jailolo, Pesan Lingkungan dan Promosi Wisata

    ABC AUSTRALIA NETWORK
    Hany Koesumawardani

    Tari Cry Jailolo telah mendunia, ditampilkan di banyak negara
    Tari Cry Jailolo telah mendunia, ditampilkan di banyak negara

    Eko Supriyanto, koreografer tari kontemporer Indonesia menciptakan tarian “Cry Jailolo” terinspirasi dari schooling fish alias ikan yang berenang berkelompok kala menyelam di Teluk Jailolo. Pesan lingkungan tentang kerusakan terumbu karang juga dituangkan dalam tari “Cry Jailolo”.

    “Tentang jeritan ikan yang kehilangan rumahnya tapi juga saat yang sama optimisme anak-anak di Halmahera Barat, Jailolo, terpencil jauh dari keramaian mana pun, tapi punya optimisme yang luar biasa, daerah konflik, tapi ambisi dengan meraih cita-cita mereka,” tutur Eko.

    - Advertisement -

    Eko sendiri membuat tarian ini awalnya diundang oleh Bupati Halmahera Barat Namto Hui Roba untuk membuat Festival Teluk Jailolo. Maka riset untuk mencipta tari “Cry Jailolo” pun dilakukannya sejak tahun 2012, tiga tahun lalu. Dan proyek tari itu dieksekusi pada 2014, meliputi audisi penari hingga tahun 2015, Eko dan para pemuda Jailolo itu sudah keliling dunia membawakannya.

    “Saya lebih pada jelaskan ke Pak Namto dan Indonesia, saya buat silent project tourism, saya ingin kenalkan Jailolo, Halmahera Barat, Maluku, KTI selama ini kita tidak pernah dengar, tidak pernah tahu. Yang tahu selama ini, kalau dunia tari hanya Jawa, Bali, Sumatera yang sangat kuat oleh dominasi itu aja.Membuka satu wacana kebudayaan baru di Indonesia Timur di Maluku Utara, di Jailolo, bahwa mereka punya kesenian yang luar biasa, ragam budaya musik tari kuliner dan alam yang patut juga kita kenalkan di dunia internasional,” tuturnya.

    Sementara Bupati Halmahera Barat Namto Hui Roba mengaku sangat bangga bahwa para pemuda di daerahnya bisa keliling dunia mempromosikan Jailolo dan pariwisatanya.

    “Bangga, senang, melihat anak-anak yang menari, mereka bukan penari, seperti yang lain. Mereka anak-anak petani, nelayan yang dikenalkan saya sama Mas Eko lewat FTJ (Festival Teluk Jailolo), yang kami adakan tiap bulan Mei tahun berjalan. Tahun ini sudah 7 kali melaksanakan itu. Makanya sangat support sekali bersemangat mempromosikan Cry Jailolo karena di situ murni dari Jailolo dan anak-anaknya dari Jailolo,” jelas dia ditemui di sela-sela OzAsia Festival.

    Karena “Cry Jailolo” pentas di berbagai belahan dunia, Namto mengakui ada dampaknya pada Jailolo.

    “Pertama, Jailolo dikenal di mancanegara. Kedua, anak-anak ini nggak tahu mimpi apa mereka bisa keliling dunia,” tuturnya. []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here