Sampai di pelabuhan Sabang Pulau Weh pikiranku hanya satu, menuju titik Kilometer Nol Indonesia.
Pulau Weh terletak di sebalah barat daya Pulau Sumatera dengan luas lebih kurang 12 ribu Ha. Pulau berbentuk huruf “W” ini menjadi salah satu destinasi wisata paling populer di Provinsi Aceh, Indonesia. Untuk mencapainya tidak sulit. Dari Pelabuhan Ulee Lheu (Banda Aceh) kita dapat menggunakan moda transportasi laut yakni kapal cepat dan kapal lambat.
Bisa juga lewat udara, tapi kurang okelah, terlalu cepat sampai!
Biaya transportasi relatif murah. Untuk kapal cepat yang menempuh 1 jam perjalanan, kita hanya merogoh uang sebesar 85 ribu rupiah. Selama perjalanan kita akan menikmati lanskap Banda Aceh yang dikelilingi pegunungan serta pulau-pulau kecil di sekitar Laut Andaman.
Sampai di Pelabuhan Balohan, Sabang, aku langsung diantar menuju Kilometer Nol. Mobil berpacu dengan cepat. Menikung ke kiri dan ke kanan. Luar biasa jalan raya penuh kelokan. Licin dan mendebarkan. Nggak salah bila para bikers, selalu menjajal aspal di Pulau Weh.
Aku membayangkan perjalanan ribuan orang-orang ke sini. Termasuk bangsa Eropa ketika ingin menjajah Nanggroe Aceh Darussalam. Pulau Weh menjadi pintu masuk ekspansi kala itu. Dan kenyataannya, Pulau Weh akan selalu menjadi gerbang bagian barat negara kepulauan terbesar di dunia ini.
Hup! aku sampai di Tugu Kilometer Nol Indonesia bersamaan dengan detik-detik sakral matahari yang mau tenggelam di horison.
Meski bukan seorang yang kuat dalam religi, ungkapan “Subhanallah”, “Alhamdulillah”, juga “Allahu Akbar” meluncur begitu saja dari mulutku. Tentulah nggak berteriak seperti organisasi Islam di ibukota kalau lagi demo. Pelan saja suaraku. Dan entah mengapa aku merasa paling dekat dengan Sang Pencipta saat di bibir jurang Kilometer Nol Indonesia.
……Sesungguhnya aku kelewat lebay saat memandang sunset di Pulau Weh.
Perasaan lebay di Kilometer Nol Indonesia harus diungkapkan. Ini penting karena merupakan bagian dari perjalanan melihat keindahan plus rasa sakit menjadi bangsa Indonesia. Sttt…juga rasa sakit yang di sini (menunjuk dada).
Dan di sana lihatlah! Dalam jarak yang jauh namun dekat dengan perasaan, sunset semakin memperlihatkan warna-warni yang indah. Sementara lautan tampak bergerak lambat dari ketinggian. Aku mengabadikan moment ini. Hanya beberapa foto saja kuambil. Selebihnya banyak berdiam memandang sunset Pulau Weh.
Kadang tak penting lagi foto itu, karena kenangan terbaik menurutku adalah ingatan. []
Saya tertarik dengan tulisan anda mengenai pariwisata dengan sejumlah wisata yang menarik. Sangat bermanfaat untuk dapat mengetahui tempat wisata yang menarik dan penuh dengan suasana baru.