More

    Membaca Ulang Semangat John Lennon Pada Karya Lukisan

    Hartanto Ardi Saputra

    Seorang pengunjung sedang memperhatikan lukisan karya Novrida Pratiwi berjudul "Peace" (Damai) di Museum Ulen, Yogyakarta. Foto : Hartanto Ardi Saputra
    Seorang pengunjung sedang memperhatikan lukisan karya Novrida Pratiwi berjudul “Peace” (Damai) di Museum Ulen, Yogyakarta. Foto : Hartanto Ardi Saputra

    Sebagai musisi yang terus menyuarakan perdamaian, senyum John Lennon tentu memiliki makna yang baik dan luas.Seperti senyum John Lennon yang hadir di Museum Ulen, Sentanu, Yogyakarta.

    Senyum pentolan grup band The Beatles ini hadir dalam selembar kertas berukuran 30×26 cm. John hadir dengan sapuan cat air warna kuning dan merah muda dan ditampilkan ceria dan damai sesuai karya musiknya berjudul “Imagine”.

    - Advertisement -

    Deskripsi di atas merupakan sebuah lukisan karya perupa Novrida Pratiwi berjudul “Peace” (Damai) . Lukisan yang terinspirasi dari lagu “Imagine” ini dipajang dalam pameran bertajuk Let’s Talk About Culture yang digelar di museum Ulen Sentanu, Yogyakarta, 16-30 Januari 2016.

    Novrida mengaku ide lukisan tersebut berawal dari kegelisahannya melihat kondisi tatanan masyarakat dunia

    Salah satu lukisan karya Novrida Pratiwi berjudul "Peace" (Damai).
    Salah satu lukisan karya Novrida Pratiwi berjudul “Peace” (Damai).

    yang timpang. Kondisi seperti itu menciptakan peperangan dan menimbulkan teror di berbagai belahan dunia.

    “Perang itu menciptakan penderitaan manusia,” ujarnya.

    Berangkat dari kegelisahan tersebut membuat Novrida mempopulerkan lagi semangat perdamaian John Lennon. Melalui lukisannya, Novrida ingin masyarakat dunia membaca ulang pemahaman bernegara, beragama, dan berbudaya.

    “Karena masyarakat merupakan penggerak perubahan. Kita dapat merubah tatanan dunia seperti Lennon yang menyerukan agar Amerika menghentikan perang di Vietnam pada 1975,” ungkapnya.

    Novrida menambahkan, pesan perdamaian yang dibawa John Lennon, berlaku juga di Indonesia yang multikultural. Menurutnya, perbedaan agama, suku, dan ras bukan alasan menghalalkan peperangan sesama manusia.

    “Apakah jika tak ada negara dan agama manusia baru akan damai. Tapi itu hanya kiasan dalam lagu John Lennon,” tuturnya.

    Sementara itu pengamat seni rupa, Dwi Marianto menyambut baik pameran yang diadakan oleh sejumlah mahasiswa pascasarjana ISI Yogyakarta. Menurutnya, pameran ini menjadi ajang mahasiswa dalam mentransformasi ide. “Seni bukan matematika, melainkan upaya manusiawi mengolah imajinasi secara kreatif.”

    Ia menambahkan, sesungguhnya pameran juga sebagai wadah kritikus seni untuk memberi masukan pada perupa. “Jangan takut dikritik. Karya seni dan senimanya baru ada kalau sering tampil di tengah publik. Tanpa itu, sesungguhnya mereka tiada,” ujar Dwi Marianto.[]

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here