Bagi sejumlah mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, sosok Inggit Ganarsih adalah perempuan yang menginspirasi. Dialah orang yang dianggap telah mengantarkan Soekarno membawa kemerdekaan bagi Indonesia.
Sebagai ungkapan terima kasih dan bentuk penghormatan terhadap Inggit Ganarsih, para mahasiswi UPI Bandung melakukan kegiatan menari dan monolog selama 17 Jam Non Stop keliling Kota Bandung, Minggu, (14/02/2015). Kegiatan ini mereka lakukan untuk menyambut hari lahir Inggit Ganarsih yang jatuh pada tanggal 17 Febuari 2015.
Kegiatan menari dilakukan oleh Junaida, Tazkia Hariny, dan Restu Meiliawati. Ketiganya merupakan mahasiswi Pendidikan Seni Tari Universitas Pendidikan Indonesia. Sementara pertunjukkan monolog dilakukan oleh Deska Mahardika Putri, mahasiswi sastra Sunda UPI yang juga tergabung dalam kelompok Teater Lakon.
Baik monolog maupun menari dilakukan secara bersama-sama dan berpindah-pindah, dari pukul 08.00 WIB hingga pukul 00.00 WIB. Mulai dari Taman Cikapayang, Gedung Indonesia Menggugat, Gedung Merdeka dan di Jalan Otista. Kemudian pada malam hari dilakukan di makam Ibu Inggit Ganarsih di Taman Makam Pahlwan, Bandung.
Gatot Gunawan, koordinator acara dan juga seniman dari STSI mengatakan, kegiatan 17 jam menari dan monolog mereka lakukan sebagai bentuk penghormatan kepada Ibu Inggit Ganarsih sebagai orang yang membesarkan Presiden Sukarno. Karena pengorbanan dan ketulusannya, bisa membawa Sukarno merebut kemerdekaan bagi Indonesia.
“Namun sosok bu Inggit belum dikenal secara luas. Karena itu kami ingin mensosialisasikan sosok Ibu Inggit kepada masyarakat, khususnya masyarakat Bandung,” kata Gatot saat ditemui di Gedung Indoesia Menggugat, Minggu, (14/02/2016).
Adapun seniman yang melakukan aksi 17 jam menari dan monolog dipilih berdasarkan hasil seleksi. Dan kebetulan yang terpilih adalah mahasiswi dari UPI. Mereka diminta untuk untuk membaca buku-buku Inggit Ganarsih.
“Mereka kemudian dibebaskan untuk membuat tarian dan gerakannya. Tarian atau monolognya lebih kepada ekspresi ruang,”kata Gatot.
Sementara itu Deska Mahardika Putri mengatakan, ia tertarik membacakan Monolog Inggit, karena baginya Inggit adalah sosok yang sempurna dan ideal. Ia bisa menjadi istri, kekasih, dan kawan Sukarno.
“Dan saya rasa sikap itu sangat penting dimiliki perempuan di jaman apapun,” kata Deska di Gedung Indonesia Menggugat.
Deska mengaku, ia melakukan monolog dengan cara membaca buku tentang Ibu Inggit yang berjudul “Kuantar Ke Gerbang : Kisah Percintaan Ibu Inggit dan Bung Karno”. Buku yang memiliki 400 halaman tersebut ia bacakan selama 17 jam.
“Menurut saya sosok Ibu Inggit itu penting sekali dan merupakan tokoh kebanggaan orang Bandung. Karena itu saya ingin masyarakat Bandung lebih mencintai sosok Inggit Ganarsih,” katanya.
Aksi menari dan monolog selama 17 jam ini berlangsung sukses. Setelah dari makam Ibu Inggit, mereka kemudian kembali ke Gedung Indonesia Menggugat dan mengakhiri menari dan monolog hingga pukul 00.00 WIB. []