More

    Sosok Dibalik Robot-robot Juara Dunia Unikom

    Rodi Hartono, dosen UNIKOM, sosok dibalik kesuksesan robot-robot juara dunia Unikom. FOTO : ENCEP SUKONTRA
    Rodi Hartono, dosen UNIKOM, sosok dibalik kesuksesan robot-robot juara dunia Unikom. FOTO : ENCEP SUKONTRA

    Rodi Hartono adalah salah seorang sosok penting dibalik kesuksesan Tim Robotika Universitas Komputer (Unikom), Bandung. Pria kelahiran Riau 29 tahun lalu ini masuk dalam Tim Robotika Unikom generasi pertama (2009). Kegigihannya membidani tim robotika selama 7 tahun berturut-turut, telah mengharumkan nama Indonesia.

    Saat itu robot pemadam api DU114 –kependekan dari Dipati Ukur 114 yang tidak lain alamat Kampus Unikom, Bandung – meraih medali emas dalam ajang The 6th Annual Robogames, San Francisco, di Amerika Serikat. Rodi kemudian mendapat beasiswa dari Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono melalui DIRJEN DIKTI.

    Prestasi yang telah diraih Tim Robotika Unikom tidak membuat mereka cepat puas. Sebaliknya mereka terus melakukan inovasi. Pada acara kompetisi bergengsi “The 12th Annual Robogames 2016”, San Francisco, Amerika Serikat, 8-10 April lalu, kembali tim Robotika Unikom membanggakan Indonesia di kancah internasional. Mereka berhasil meraih tiga emas, tiga perak dan dua perunggu.

    - Advertisement -

    Usai meraih sejumlah prestasi yang membanggakan Indonesia, Rodi Hartono dan timnya menggelar jumpa pers beberapa waktu lalu. Dosen Unikom berambut gondrong itu sabar menjawab pertanyaan yang berulang-ulang, termasuk saat menerima wartawan KabarKampus Encep Sukontra. Berikut petikan wawancaranya:

    Sejak 2009 sampai sekarang Tim Robotika Unikom berturut-turut meraih prestasi di kontes robot internasional, apa rahasianya?
    Ada prosesnya. Makanya kita selalu pertahankan proses dari rekruitmen mahasiswa, dari ritme riset sampai nanti pengalaman yang didapat dari kompetisi sebelumnya ditularkan kepada mahasiswa.

    Bisa dijelaskan proses rekruitmen mahasiswa tersebut?
    Proses perekrutan mahasiswa berlangsung selama tiga bulan. Sebelum menjadi anggota tim, sekitar dua bulan awal mereka tidak paham apa maunya Tim Robotika Unikom. Padahal kami sedang mencari mencari anggota tim yang tidak bukan ber-IQ tinggi. Tim Robotika Unikom mencari mahasiswa yang ulet, punya ambisi untuk bisa melakukan riset.

    Dua bulan pertama mereka dikasih ilmu. Tiga kali seminggu, mereka ke labolatorium, piket. Apa yang harus mereka lakukan sendiri, harus dilakukan. Tidak harus dimulai dengan riset atau materi. Metodenya cukup sederhana. Mahasiswa diminta ngepel dan membersihkan toilet. Setiap rekrutmen toilet kita pasti bersih terus. Kalaupun mengkilat tetap saja harus bersih.

    (Rodi Hartanto tertawa).

    Dari situ kami bisa melihat mana anak yang punya ambisi kuat untuk bisa kerja dengan baik. Hal-hal seperti itu yang dinilai. Masalah pengajaran adalah tanggung jawab senior-senior dan dosen-dosennya. Ini karena mahasiswa ada yang IQ-nya tinggi banget, rata-rata dan idiot. Nah kebanyakan yang masuk dengan kemampuan rata-rata. Mottonya asal mahasiswa punya niat kuat untuk bekerja.

    Hal itu mungkin untuk membangun mental kerja. Bagaimana dengan metode pengajaran yang diberikan?
    Kita berusaha menerapkan fan education, pendidikan atau pengajaran yang menyenangkan, bahwa apa yang kita hasilkan dari riset untuk kedamaian, untuk membantu orang bukan untuk menggantikan orang. Kan berbeda dengan motto orang Jepang yang membuat robot untuk menggantikan orang. Kami selalu berorientasi pada hal untuk membantu memudahkan manusia.

    Berapa orang anggota Tim Robotika Unikom tahun ini?
    Jumlah yang ikut tim 21 orang total. Saat ini telah menerima 15 orang anggota baru. Tahun 2016 pencapaian jumlah anggotanya luar biasa. Sebelumnya paling lima orang yang baru. Sekarang 15 orang, saya senang banget.

    Apa kendala mendasar yang dihadapi Divisi Robotik Unikom dalam membangun tim?
    Kendalanya banyak. Karena kita selalu ambil mahasiswa baru setiap tahun. Sedangkan proses rekruitmen saja tiga bulan. Sambil riset kita rekrut orang. jadi tim itu mungkin setiap dua minggu sekali ganti. Kendala lainnya adalah soal komponen-komponen robot. Di Indonesia tak ada perusahaan yang memproduksinya, seperti resistor harus impor. Kita kesulitan itu. Karena robot sekecil itu perlu komponen kecil.

    Bagaimana dengan dukungan kampus?
    Ada 3 faktor yang harus dimiliki kampus untuk riset kompetisi. Pertama komitmen (dukungan) kampus, kedua komitmen dosen pembimbing, dan ketiga komitmen mahasiswa. Kalau salah satu timpang akan banyak gagal.
    Rektor misalnya tidak sanggup mengeluarkan dana sekian. Padahal yang namanya riset tak sekali jadi, ada jebolnya. Contohnya kamera, berharga sekian juta bisa jebol sekali pakai, terus harus beli lagi. Walau semakin ke sini semakin sedikit barang yamg rusak karena pengalaman. Dulu, awal-awal sering kita rusakin barang. Jadi uangnya harus ada terus.

    Kedua adalah dosen pembimbing yang memantau dan bekerja fokus di labolatorium. Walau saya selalu bangun kesiangan jam 9. Pukul 08.00 WIB harus absen. Saya tidak pernah absen. Tapi saya selalu pulang jam 11 malam. Untuk lomba kemarin saja, selama 7 bulan kami melakukan riset dan lembur. Kemudian tantangan ketiga yakni faktor mahasiswa. Sekarang nyari mahasiswa yang tidak bebas jalan-jalan, main ke mana-mana, sulit.

    Rodi Hartono mengenang masa mahasiswanya dulu, ketika mempersiapkan robot generasi pertama untuk ikut kontes internasional. Ia bersama timnya sampai harus “ngekos” di labolatorium. Ia mengaku hanya tidur empat jam sehari.

    Bagaimana dengan dana. Berapa besar dana yang harus disiapkan untuk mengikuti kompetisi internasional?
    Dana tergantung kompetisi yang diikuti. Komitmen Rektor Unikom selalu memberikan dana tiap tahun. Tidak ada masalah. Dan itu menjadi salah satu kunci sukses.

    Setelah sekian kali Unikom ikut kompetisi robot internasional, apa saja yang didapat?
    Kompetisi ini mereka buat untuk menggali ide-ide, mereka juga sediakan robot untuk ajang berdiskusi dan bertukar teknologi. Kalaupun ada hadiah atau tawaran pekerjaan, itu adalah nilai bonusnya. Terbukti pada 2009 saya pernah ditawari kerja di perusahaan IT (Amerika Serikat), waktu itu berjalan tidak mulus dan saya tetap stay di sini karena ada pekerjaan.

    Para mahasiswa dari luar negeri yang menonton mengajak mereka ngobrol-ngobrol dan bertukar pikiran. Dari situ Tim Robotika Unikom punya koneksi untuk melanjutkan S2 di AS. Mereka juga diajak melihat fasilitas Laboratorium Robotika University of California, Barkeley, AS. Di sana mereka mendapatkan pengalaman baru. Atau saat tiba di AS di tempat kompetisi, kehadiran mereka pun selalu ditunggu-tunggu.

    Jadi menekuni dunia robot tidak hanya karena nilai uang.

    Ada tawaran dari perusahaan untuk mengembangkan teknologi robot?
    Sekarang kita kerja sama dengan perusahaan minuman untuk membuat mesin yang interaktif, yang mesinnya nyamperin orang (pembeli). Tahun ini kita juga kerja sama dengan perusahaan lighting untuk fasilitas publik di Bandung.

    Rodi Hartono berharap lulusan Unikom, khususnya Divisi Robotiknya, bisa terus berkarya mengharumkan bangsa. Ia sendiri memiliki rencana pribadi mengembangkan perusahaan berbasis robotika.

    Sementara Kampus Unikom berencana membuat museum robot. Museum ini akan memamerkan robot-robot pintar hasil riset, dokumentasi riset robot, termasuk memajang robot yang pernah unjuk gigi di pentas internasional. Rodi menyebutkan, jumlah robot buatan Divisi Robotik Unikom mencapai 300-an, pas untuk menjadi pengisi muesum. []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here