More

    Gerakan Puisi Menolak Korupsi Kian Masif

    ENCEP SUKONTRA

    Roadshow Puisi Menolak Korupsi tiba di Bandung. Para penyair bukan hanya membicarakan sastra, tetapi bagaimana agar teks-teks puisi makin membumi dalam melawan korupsi.

    Syarifuddin Arifin, Penyair dari Padang dalam Roadshow "Puisi Menolak Korupsi"  di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Sabtu (04/06/2016). FOTO : ENCEP SUKONTRA
    Syarifuddin Arifin, Penyair dari Padang dalam Roadshow “Puisi Menolak Korupsi” di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Sabtu (04/06/2016). FOTO : ENCEP SUKONTRA

    Semua orang mungkin sudah bosan mendengar kata korupsi karena saking seringnya kata korupsi diucapkan dan dipraktekkan. Namun kata membosankan itulah yang menjadi tema sentral diskusi para penyair lewat gerakan Puisi Menolak Korupsi (PMK).

    - Advertisement -

    Ada 32 penyair dari berbagai tempat di Indonesia yang mengikuti roadshow tersebut. Mereka dari Jakarta, Bogor, Cirebon, Subang, Solo, Magelang, Semarang, Padang, Medan dan Bandung sebagai tuan rumah. PMK sendiri sudah bergerak di berbagai kota di Indonesia. Bandung menjadi kota yang ke-38.

    Di Bandung mereka disambut penyair dari Majelis Sastra Bandung. Roadshow dilakukan di Gedung Indonesia Menggugat. Salah seorang penyair yang menjadi motor PMK antara lain Sosiawan Leak dari Solo yang kemudian menjadi narasumber diskusi.

    Bagaimanapun, korupsi harus ditolak. Suara-suara penolakan harus terus bergema, juga melalui puisi. Dengan begitu puisi menjadi teks perlawanan terhadap korupsi. Puisi menjadi senjata anti korupsi.

    “Tujuan roadshow ini menghasilkan teks-teks perlawanan. Teks sebuah puisi bisa menjadi perlawawan terhadap korupsi. Kata-kata adalah senjata,” kata Rois Amr Majelis Sastra Bandung, Matdon, Sabtu (04/06/2016).

    Jika WS Rendra dalam sajaknya mengatakan perjuangan adalah pelaksana kata-kata, maka dalam roadshow PMK para penyair para penyair siap melaksanakan kata-kata anti korupsi. Terlepas dari kata “korupsi” yang kini dianggap membosankan.

    Korupsi telah merusak kebudayaan. Sedangkan puisi, kata Matdon, menjadi benteng terakhir yang bisa menyelamatkan kebudayaan. Seandainya Komisi Pemberantasan Korupsi dan aparat hukum lainnya tidak mampu memberantas korupsi, maka puisi yang akan menjadi benteng terakhir yang menanamkan jiwa-jiwa anti korupsi pada generasi mendatang.

    “Korupsi kalau ditiadakan langsung sulit, tapi kalau diminimalkan bisa,” ujar mantan wartawan itu.

    Maka dari itu Majelis Sastra Bandung selalu mendukung setiap gerakan antikorupsi, termasuk menjadi tuan ruamah roadshow PMK kali ini. Roadshow ini juga sebagai upaya membumikan puisi di tengah masyarakat hingga institusi pemerintahan daerah. Sayangnya mayoritas yang hadir adalah penyair atau pecinta sastra. Padahal panitia sudah mengundang pejabat daerah dan anggota dewan.

    “Tapi mereka tidak datang,” katanya.

    Senada dengan Matdon, penyair dari Padang Syarifuddin Arifin menyatakan sangat sulit memberantas korupsi di Indonesia yang sudah mendarah daging. “Kita sehari-hari hidup dengan korupsi. Sejak dari rumah kita sudah dididik korupsi,” katanya.

    Namun ada secercah harapan dari generasi muda. Pelan-pelan generasi penerus bisa dididik antikorupsi. Ia berharap roadshow PMK bisa menjadi bagian penanaman jiwa antikorupsi terhadap generasi muda.

    Sementara Gusjur Mahesa memilih caranya sendiri untuk menanamkan semangat perlawanan terhadap korupsi. Penulis buku puisi “Mending Gelo Daripada Korupsi” ini setiap pekan keliling kelurahan/desa untuk membacakan puisi.

    Hingga saat ini, sudah enam kelurahan yang ia datangi dan membacakan puisi di sana. Ada yang merespons positif namun ada juga yang negatif.

    “Malah ada yang mengaku tidak punya uang. Nyangkanya mungkin saya mau minta uang. Tapi 75 persen kelurahan/desa yang saya datangi menyambut baik,” tutur dosen di STKIP Siliwangi Bandung ini.

    Menurutnya, parahnya korupsi di Indonesia membuat perlawanan terharap korupsi harus dilakukan dari desa atau dari bawah. “Saya memakai strategi komunis, desa mengepung kota. Dari desa dulu, dari bawah dulu, nanti naik ke kecamatan lalu ke kantor wali kota, sehingga semangat antikorupsi menyebar luas,” ujarnya.

    Selain ke desa-desa, ia juga roadshow sendiri ke kampus-kampus. Menurutnya peran mahasiswa sangat penting dalam berjuang memberantas korupsi. []

    - Advertisement -

    2 COMMENTS

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here