More

    Full Day Shcool Hanya Melihat Persoalan Masyarakat Perkotaan

    ENCEP SUKONTRA
    BANDUNG, KabarKampus-Ben Satriana, pegiat pendidikan Kalyanamandira Bandung merespon konsep full day school yang dilontarkan oleh Mendikbud Muhadjir Effendi. Ben menilai konsep itu tepat bagi masyarakat perkotaan yang sehari-harinya sibuk bekerja.

    “Saya melihat wacana tersebut lebih tepat bagi sebagian masyarakat perkotaan, terutama kota besar, yang sehari-harinya sibuk bekerja. Sementara waktu luang untuk mendampingi anak sangat minim.”

    Orang tua yang sibuk bekerja serta kondisi perkotaan yang kompleks menjadi salah satu penyebab kuat konsep pendidikan full day school di ontarkan. Anak pulang sekolah tidak menjumpai orang tua sehingga anak bebas mendapat pengaruh luar, termasuk pengaruh buruk dari televisi, internet dan pengaruh buruk lingkungan lainnya.

    - Advertisement -

    Dengan kondisi itu, lanjut Ben Satriana, Mendikbud mungkin khawatir munculnya prilaku-prilaku menyimpang yang dilakukan anak. Jadi daripada terpengaruh lingkungan, solusinya bisa meningkatkan peran sekolah lewat konsep full day school.

    ( Baca juga : Inilah Persoalan Utama Jika Full Day School Diterapkan )

    Ben Satriana menegaskan konsep full day school tidak bisa dipukul rata secara nasional. Pasalnya tidak semua masyarakat Indonesia hidup seperti masyarakat perkotaan.

    Masih ada masyarakat yang memiliki waktu senggang, istri yang menjadi ibu rumah tangga, atau suami yang masih memiliki waktu untuk mendampingi anaknya. Belum lagi kesibukan masyarakat di pedesaan berbeda dengan di perkotaan.

    “Saya melihat konsep ini untuk setting di perkotaan. Kalau mau jujur, benarkah ketika anak pulang sekolah orang tua mendampingi mereka? Fenomena lain, selesai sekolah anak diserahkan ke bimbel atau kursus, sehingga anak menjadi sangat sibuk. Dengan begitu sama saja kaya full day school,” ungkapnya. []

    - Advertisement -

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here